Pati (ANTARA News) - Kementerian Pertanian memastikan bahwa stok beras nasional aman untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia selama beberapa bulan mendatang, mengingat saat ini masih ada panen padi di berbagai daerah di Tanah Air.
"Bukti bahwa saat ini masih ada panen, khususnya di Jateng bisa disaksikan hari ini (28/12) di Desa Kedungsari, Kecamatan Tayu, Kabupaten Pati, Jateng," kata Direktur Jenderal (Dirjen) Hortikultura Kementerian Pertanian Spudnik Sujono Kamino ditemui usai melakukan panen padi di lahan petani di Desa Kedungsari, Kecamatan Tayu, Kabupaten Pati, Kamis.
Sebelumnya, lanjut dia, dirinya juga mengunjungi Kabupaten Brebes, Jateng dan masih ada panen tanaman padi, seperti halnya di Kabupaten Pati.
Kabupaten lain yang hendak dikunjungi, yakni Kabupaten Rembang dan Jepara juga masih ada panen tanaman padi untuk bulan Desember 2017.
Ia mengatakan, kunjungan ke Pati dan Rembang hari ini (28/12) dalam rangka meyakinkan kepada publik bahwa pada bulan Desember 2017 masih ada panen tanaman padi.
Dengan demikian, lanjut dia, kekhawatiran masyarakat terkait ketersediaan beras tidak perlu diperpanjang hingga sampai muncul keinginan untuk melakukan impor beras.
"Masih adanya panen tanaman padi di Jateng, khususnya di Pati dan Rembang ini menjadi bukti bahwa publik tidak perlu terlalu khawatir dengan kekurangan beras," ujarnya.
Dengan serapan beras oleh Perum Bulog hingga 2,1 juta ton ditambah stok di gudang milik Perum Bulog, kata dia, ketahanan pangan saat ini bisa sampi bulan April/Mei 2018.
Untuk saat ini, lanjut dia, Perum Bulog memang tidak memungkinkan melakukan penyerapan, karena harga jual gabah maupun beras di pasaran cukup tinggi dan melampaui harga eceran tertinggi (HET).
"Kondisi harga yang di atas HET, dilepaskan saja agar petani menikmati harga jual gabah atau beras di pasaran tinggi," ujarnya.
Selebihnya, lanjut dia, ketika harga di bawah HET, maka Perum Bulog wajib mengamankan harga jual di pasaran dengan melakukan penyerapan beras atau gabah petani.
Terkait target penyerapan beras secara nasional, dia optimistis, bisa tercapai,.
Apalagi, lanjut dia, dari target 1 juta ha tanam yang diberlakukan sejak bulan Agustus saat ini sudah bisa terealisasi, bahkan bisa melampaui target 1 juta hektare tanam.
Ia mengungkapkan, bahwa kesuksesan menjaga produksi tersebut tidak terlepas dari instruksi Presiden Joko Widodo, agar jajaran Kementerian/lembaga terus bekerja.
Selanjutnya, kata dia, ditindaklanjuti Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman dengan terobosan luas tambah tanam (LTT) minimal satu juta hektare per periodenya.
"Luas tanam tanaman padi tersebut yang akan dipanen pada musim hujan," ujarnya.
Sementara untuk tingkat produksi beras hingga akhir Desember 2017, kata dia, diprediksi mencapai 79 juta ton.
Ia mengingatkan, kembali agar masyarakat tidak perlu khawatir dengan ketersediaan beras karena hingga sekarang masih ada panen.
"Atasan juga menginstruksikan kami untuk bersama-sama mengawal upaya mencapai swasembada pangan melalui upaya khusus (Upsus) tiga komoditas utama padi jagung kedelai (pajale)," ujarnya.
Hadir dalam panen tanaman padi jenis inpari 32 tersebut, selain dihadiri Dirjen Hortikultura Kementan RI juga hadir Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan (Dispertan) Kabupaten Pati Muchtar Efendi serta Komandan Kodim 0718/Pati Letkol Arm Arief Darmawan.
Salah seorang petani asal Desa Kedungsari Sukaryono mengakui, harga jual gabah yang baru dipanen dari sawah bisa mencapai Rp5.700 per kilogramnya.
Harga jual tersebut, kata dia, tergolong bagus bagi petani, karena cukup tinggi dibandingkan sebelumnya hanya berkisar Rp5.500/kg.
Hasil panen dari lahan seluas 2,5 hektare tersebut, dia memperkirakan, bisa menghasilkan gabah sebanyak 22,5 ton
Pewarta: Akhmad Nazaruddin
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017