Dari sisi bisnis bagus."
Jakarta (ANTARA News) - PT Railink Indonesia berminat untuk membangun dan mengoperasikan Kereta Bandar Udara (Bandara) Kulon Progo atau Bandara Baru Internasional Yogyakarta (New Yogyakarta International Airport/NYIA).
"Kami minat di Yogyakarta karena secara analisis bisnis bagus, jaraknya bagus, waktu tempuhnya bagus dan infrastruktur lebih siap," kata Direktur Utama Railink Indonesia Heru Kuswanto saat meninjau pengoperasian KA Bandara di Stasiun Sudirman Baru, Jakarta, Rabu.
Ia menilai jalur ganda sudah siap hanya menambah lima kilometer, dan dengan jarak tempuh 42 kilometer sangat bersaing dari sisi bisnis karena hanya ada jalan raya yang sangat padat.
"Dari sisi bisnis bagus. Dengan jarak 42 kilometer, bagus sekali karena pesaing terdekatnya jalan raya yang padat sekali," ujarnya.
Selain itu, ia mengemukakan, kondisi jalurnya lebih mudah untuk dikembangkan karena area persawahan.
"Tidak seberat di sini. Di sana persawahan. Kalau di sini perkampungan macam-macam. Realisasinya relatif lebih realistis," katanya.
Heru menuturkan dengan bertambahnya kapasitas yang bisa ditampung di Bandara Baru Internasional Yogyakarta dari delapan juta orang menjadi 14 juta orang dalam setahun, yang diperkirakan pada 2018--2020, maka kebutuhan akan transportasi yang efisien dan bebas macet akan meningkat.
"Dengan dibuka New Yogyakarta International Airport luar biasa. Kalau saya lihat proyeksinya sekitar 14 juta penumpang sangat bagus untuk ukuran pasar karena kita biasanya butuh 10 jutaan ke atas penumpang bandara," ujarnya.
Dia mengatakan terkait investasi akan dilakukan oleh induk perusahaan, yaitu PT Kereta Api Indonesia dan PT Angkasa Pura II, namun untuk pengadaan sarana (rolling stock), Raillink yang akan menyediakan.
"Kalau investasi oleh induk, rolling stock oleh kami. Dalam stasiunnya kami, ticketing kami, tapi konstruksi oleh induk. Biasanya pembagiannya begitu," katanya.
Heru mengemukakan terkait rencana tersebut sudah dibahas di antara pemegang saham, PT KAI dan AP II.
"Melalui pemegang saham kan alurnya, mulainya kapan tergantung pemegang saham. Intinya Railink siap, dan kami lihatnya itu bagus," ujarnya.
Dia mengatakan pembangunannya bisa seiring, tidak perlu menunggu pembangunan bandara selesai.
Terkait operator Bandara Baru Internasional Yogyakarta adalah PT Angkasa Pura II, Heru mengatakan hal itu bisa dilakukan apabila AP I menanamkan modalnya ke PT Railink.
"AP I satu bisa juga masuk ke Railink, seperti Gapura Angkasa, Garuda Indonesia, AP I untuk di wilayah AP I dan AP II untuk di bandara AP II. Tapi, mungkin nantinya sahamnya milik bertiga, tinggal disepakati komposisi mau seperti apa," katanya.
Saat ini, dia menyebutkan komposisi saham PT KAI adalah 60 persen dan AP II 40 persen.
"Nanti, misalnya masuk AP I mau seperti apa tergantung pemegang saham, tapi ini masih pembahasan awal," demikian Heru Kuswanto.
Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2017