... gambut hilang, tidak ada lagi itu namanya ZEE, kawasan NKRI akan berubah semua...
Jakarta (ANTARA News) - "Kerusakan lahan gambut bisa menyebabkan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia berkurang dikarenakan kenaikan muka air laut yang mengakibatkan pulau tenggelam," kata Direktur Wetlands International Indonesia, I Nyoman Suryadiputra.

"Begitu gambut hilang, tidak ada lagi itu namanya ZEE, kawasan NKRI akan berubah semua," kata dia, dalam diskusi tentang perlindungan gambut, di Jakarta, Rabu.

Dia memaparkan, gambut yang berada di pesisir terdapat di bagian bawah hutan-hutan bakau.

Saat hutan bakau ditebang dan dialihfungsikan untuk perkebunan dengan membuat kanal drainase pada lahan gambut akan membuang air yang tersimpan dalam gambut.

Pada saat gambut kering, kata Suryadiputra, daratan lahan gambut akan amblas dan menyebabkan muka air laut naik.

"Saat daratan terendam, di situlah potensi mengubah bentuk suatu pulau yang bisa mengubah luasan ZEE yang dimiliki Indonesia. Lahan gambut yang terletak di pesisir Indonesia, kata Nyoman, banyak terdapat di Pulau Sumatera dan Papua," kata dia.

Hutan bakau di Papua, Sumatera berasosiasi dengan gambut. "Begitu hutan bakau dibuka gambut rusak," kata dia. Gambut yang merupakan bahan organik di dalam tanah, memiliki partikel dengan sifat tidak bisa lagi menyerap air jika sudah terlanjur kering. 

Setelah kering, substansi kimiawi di dalam partikel ini akan melepaskan senyawa lilin palsu (pseudowax) yang kemudian menyelimuti permukaan partikel gambut ini. Lilin palsu inilah yang lalu menambah nilai kalor gambut dan berpotensi terbakar hanya karena terpapar panas sinar Matahari.

Dia menerangkan wilayah-wilayah yang daratannya berpotensi terendam karena kerusakan gambut dan bisa mengurangi luas ZEE ialah Kabupaten Bengkalis Riau, Pulau Pedang Riau, dan Kota Tebing Tinggi Sumatera Utara yang bertetanggaan dengan wilayah Malaysia.

ZEE bukanlah wilayah kedaulatan suatu negara, namun zona perairan sejauh 200 mil dari garis pantai ini memberikan hak kepada suatu negara untuk memanfaatkan kekayaan alamnya secara eksklusif untuk negara itu. 

Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2017