Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah, Jumat pagi, melemah menembus level Rp9.000 per dolar AS menjadi Rp9.005/9.015 dari penutupan sebelumnya sebesar Rp8.986/9.015 per dolar AS atau turun 19 poin. "Tekanan pasar terhadap rupiah sepanjang pekan ini yang akhirnya menbuat dolar menembus level Rp9.000 sudah diduga sebelumnya," kata Direkur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib di Jakarta, Jumat. Menurut dia, tekanan pasar terhadap rupiah terutama datang dari Bank Indonesia (BI) yang menginginkan rupiah berada di atas level Rp9.000 per dolar AS. Selain itu, aktifnya pelaku asing melepas yen dan membeli produk lainnya yang memberikan gain lebih tinggi yang mengakibatkan mata uang Jepang merosot, juga memberikan dampak negatif terhadap pasar uang domestik khususnya rupiah, katanya. Pasar masih tetap negatif terhadap rupiah, meski fundamental ekonomi makro Indonesia cukup bagus, ujarnya. Meski tertekan, lanjutnya, rupiah masih mempunyai ruang untuk kembali menguat hanya menunggu waktu saja sentimen positif itu muncul di pasar. Bank Sentral Jepang (BOJ) berencana akan menaikkan suku bunganya menjadi 0,75 persen dari 0,50 persen untuk mendorong yen yang selama merosot. Yen Jepang, saat ini mencapai 123,77 per dolar AS melemah dibanding sebelumnya 123,75 dan terhadap euro jadi 165,70. Dukungan terhadap rupiah juga muncul dengan rencana Bank Sentral AS (The Fed) yang juga akan menaikkan suku bunga AS untuk menekan inflasi yang cenderung meningkat. Namun semua itu masih dalam rencana, bisa saja hal itu tidak terjadi, seperti The Fed yang semula merencanakan akan menurunkan suku bunganya pada akhir tahun ini, tetapi dalam perjalannnya tiba-tiba berencana menaikkan suku bunganya, tuturnya. Kostaman mengemukakan rupiah yang merosot hingga menembus level Rp9.000 per dolar AS dinilai masih stabil, karena pada posisi itu tingkat ekspor Indonesia cukup bagus. Rupiah selama ini menguat karena faktor eksternal, ucapnya. (*)
Copyright © ANTARA 2007