"Selain harganya mahal, kami juga sulit mendapatkan gas bersubsidi itu. Pertengahan bulan lalu harganya Rp28.000 tapi sekarang mencapai Rp30.000," kata Aminah Noor, warga Palangka Raya yang tinggal di Jalan Jati, Selasa.
Ibu dua anak itu mengatakan, untuk mendapatkan LPG 3kg itu, dirinya harus berkeliling karena toko di dekat rumahnya sudah tidak punya persediaan.
"Biasanya toko di sekitar rumah ada saja yang menjual gas. Tapi sejak beberapa hari lalu saya lihat tidak ada, sehingga terpaksa saya harus keliling," kata Nur pula.
Sahreban, warga Palangka Raya lainnua juga mengaku harus berkeliling dahulu untuk membeli gas bersubsidi kerena banyak penjual yang kehabian persediaan.
"Biasanya toko-toko dekat rumah banyak yang menjual gas 3 kg. Namun kemarin saya sampai keliling-keliling. Pas dapat harganya pun mencapai Rp30.000. Karena kebutuhan dan sulitnya mencari gas melon, mau tidak mau saya tetap beli," katanya wanita yang sering disapa Acil Eban ini.
Menurut Rahman, salah satu pemilik toko yang menjual gas bersubsidi itu, kenaikan harga LPG telah terjadi sekira sebulan lalu dan terus melonjak saat mendekati Natal.
"Sebulan terakhir ini kami sulit mendapat pasokan gas 3kg. Harganya juga terus naik sampai saat ini saya harus jual Rp30.000 per tabung karena harga beli yang juga naik," kata warga Jalan Karet, Palangka Raya.
Pria 35 tahun ini menerangkan, harga normal setiap tabung gas 3kg biasanya dijual antara Rp20.000-Rp22.000.
"Beberapa orang yang membeli gas di tempat saya juga mengeluhkan keadaan ini dan bahkan sebagian batal membeli," katanya.
Dia pun berharap pemerintah kota dapat kembali memastikan pasokan dan harga gas 3kg kembali normal sehingga tak terlalu membebani masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Pewarta: Rendhik Andika
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017