Paus berbicara tentang konflik Timur Tengah dan titik masalah dunia lainnya dalam pidatonya "Urbi et Orbi" (ke kota dan dunia), empat hari setelah lebih dari 120 negara mendukung sebuah resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa yang mendesak AS untuk membatalkan keputusannya mengenai Yerusalem.
"Mari kita berdoa agar kehendak untuk melanjutkan pembicaraan dapat terjadi di antara pihak-pihak terkait, dan bahwa solusi yang dinegosiasikan akhirnya bisa tercapai, yang memungkinkan dua negara hidup berdampingan dengan damai di dalam perbatasan yang disepakati dan diakui secara internasional," kata dia, merujuk pada masyarakat Israel dan Palestina.
"Kami melihat diri Yesus pada anak-anak di Timur Tengah yang terus menderita karena meningkatnya ketegangan antara masyarakat Israel dan Palestina," ujarnya dalam sambutan, disampaikan dari balkon Basilika Santo Petrus ke puluhan ribu orang.
Ini adalah kedua kalinya Paus Fransiskus berbicara secara terbuka tentang Yerusalem sejak keputusan Trump pada 6 Desember. Pada hari itu, Paus Fransiskus meminta untuk menghormati "status quo" kota Yerusalem, agar tidak terjadi ketegangan baru di Timur Tengah yang mengobarkan konflik dunia.
Masyarakat Palestina menginginkan Yerusalem Timur sebagai ibu kota negara merdeka masa depan mereka, sedangkan Israel telah menyatakan seluruh kota tersebut sebagai ibu kota "bersatu dan abadi".
Paus Fransiskus, pemimpin 1,2 miliar umat Katolik Roma di dunia, mendesak orang-orang untuk melihat Yesus bayi yang tak berdaya pada anak-anak yang paling menderita akibat perang, migrasi dan bencana alam yang disebabkan manusia hari ini.
"Hari ini, saat angin perang bertiup di dunia kita ... Natal mengajak kita untuk fokus pada tanda anak itu dan mengenali-Nya di wajah anak-anak kecil, terutama bagi mereka, yang seperti Yesus, `tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan," tegasnya. Demikian laporan Reuters.
(Uu.KR-DVI/M016)
Pewarta: antara
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017