Jakarta (ANTARA News) - Indonesia dan Jepang melalui Kementerian Perindustrian RI dan Japan International Cooperation Agency (JICA) menjalankan program pengembangan industri kecil dan menengah (IKM) di beberapa daerah potensial di Indonesia, termasuk Papua.
“Sebelumnya, JICA dan Direktorat Jenderal IKM Kemenperin telah melakukan kerja sama di lima provinsi pada tahun 2013-2016,” kata Dirjen IKM Kemenperin Gati Wibawaningsih melalui keterangannya diterima di Jakarta, Minggu.
Program ini dinamakan “The Project of Small and Medium Industry Development Based on Improved Service Delivery”.
Gati menyebutkan, kelima provinsi tersebut, yaitu Sumatera Utara untuk program pengembangan produk tenun ulos, Jawa Tengah dengan produk komponen logam, Sulawesi Tengah dengan produk agro seperti cokelat dan rotan, Jawa Timur dengan produk alas kaki, serta Kalimantan Barat dengan produk olahan lidah buaya atau aloe vera.
Tahun ini, menurutnya, lima provinsi yang telah menyatakan siap untuk berkomitmen dalam program tersebut adalah Bangka Belitung untuk pengembangan produk kerajinan pewter timah di Kabupaten Bangka Barat, Sulawesi Tenggara (produk tahu dan tempe di Kabupaten Konawe Selatan), Sulawesi Selatan (Kerajinan perak dan emas di Kota Makassar), Papua (pengolahan kopi di Kabupaten Dogiyai), serta Jawa Timur (industri komponen kapal dan pengecoran logam di Kota Pasuruan).
“Pemilihan daerah untuk pengembangan IKM tersebut didasarkan atas beberapa hal, di antaranya sumber dukungan, pengembangan tema strategis, dan pengembangan tema afirmatif,” tutur Gati.
Sumber dukungan yang dimaksud, meliputi ketersediaan anggaran (APBN) atau sinkronisasi anggaran dekonsentrasi dan dana alokasi khusus (DAK).
Dalam pengembangan tema strategis, Gati menjelaskan, dibutuhkan penguatan linkage (hubungan) antara industri pendukung dengan industri skala besar, serta diikuti pemberdayaan wirausaha industri dan pengembangan pasar internasional.
Sedangkan, pengembangan tema afirmatif, dipertimbangkan pada daerah tertinggal atau perbatasan.
“Maka dari beberapa pertimbangan tersebut, dipilih tiga provinsi yang menjadi target awal program lanjutan ini, yaitu Sulawesi Selatan, Jatim (Jawa Timur), dan Papua,” imbuhnya.
Gati berharap, program ini mampu meningkatkan produktivitas dan daya saing IKM di daerah agar lebih kompetitif di pasar domestik maupun internasional.
“Untuk itu, pemerintah pusat melibatkan juga pemerintah daerah melalui diseminasi konsep pengembangan klaster dan penempatan fasilitator praktis dengan manfaatkan sumber daya lokal,” ujarnya.
Pada kesempatan berbeda, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto dalam kunjungan kerjanya ke Jepang beberapa waktu lalu menyatakan, Kemenperin dan JICA juga tengah melakukan kerja sama dalam pengembangan industri potensial pada jangka menengah dan panjang, seperti sektor alat transportasi, elektronika, serta makanan dan minuman.
Langkah sinergi ini diwujudkan melalui kegiatan penelitian terhadap sejumlah manufaktur Indonesia, yang dilakukan oleh Nomura Research Institute dengan judul "Promotion for Globally Competitive Study" untuk periode April 2017-Maret 2018.
"Kami ingin mendapatan masukan terkait kolaborasi teknis di ketiga sektor industri tersebut supaya bisa naik level," kata Menperin seusai bertemu dengan Senior Vice President of JICA Shinya Ejima serta jajaran deputi dan direkturnya.
Airlangga menjelaskan, dalam survei yang sedang berjalan tersebut, pihaknya ingin mengetahui alur rantai pasok industri di dalam negeri saat ini sehingga akan fokus menentukan kebijakan pengembangan untuk sektor pendukungnya. Misalnya di industri otomotif, yang membutuhkan masukan terkait riset dan teknologi terbaru.
“Kami juga akan melakukan survei ke beberapa sentra IKM komponen otomotif seperti di Tegal dan Ceper, Jawa Tengah untuk melihat jalannya supply chain di sana,” ujarnya.
Apalagi, JICA telah mendorong IKM Jepang agar berinvestasi di Indonesia supaya bisa bermitra dengan pelaku usaha lokal.
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017