Manila (ANTARA News) - Tanah longsor dan banjir yang dipicu badai tropis Tembin telah menewaskan sampai 200 orang di Filipina menurut polisi pada Sabtu malam.
Tembin juga menyebabkan puluhan lainnya hilang saat menyapu bagaian selatan Filipina dan membawa hujan lebat sejak awal Jumat.
Dalam satu laporan, Inspektur Lemuel Gonda dari Kepolisian Nasional Filipina (Philippine National Police/PNP) mengatakan 135 orang meninggal dunia di Mindanao Utara dan 47 di Semenanjung Zamboanga selama badai.
Anggota parlemen Zia Alonto Adiong dari Daerah Otonom Muslim Mindanao (Autonomous Region in Muslim Mindanao/ARMM) mengatakan 18 orang meninggal dunia di kawasan ARMM.
Dewan Pengelolaan dan Pengurangan Risiko Bencana Nasional (National Disaster Risk Reduction and Management Council/NDRRMC) masih memisahkan laporan-laporan dari daerah yang terdampak badai.
Dari 135 yang tewas di Mindanao Utara, 127 orang dari Lanao del Norte, enam dari Bukidnon, satu dari Iligan, dan satu dari Misamis Occidental. Sekitar 72 orang lainnya masih hilang, kata polisi.
Juru bicara NDRRNC Romina Marasigan sebelumnya mengatakan bahwa lembaganya menerima laporan tidak resmi bahwa 75 orang meninggal dunia dan 58 orang meninggal di daerah itu.
"Ini laporan-laporan gabungan namun ini harus divalidasi," kata Marasigan.
Dalam prakiraan terkininya, biro cuaca negara Pagasa mengatakan bahwa badai tropis Tembin mendarat di Baalbac, Palawan, pada Sabut malam.
Biro cuaca memperingatkan bahwa badai "bisa berubah menjadi topan sebelum keluar dari Filipina" pada Minggu.
"Tersebar luas, hujan sedang sampai lebat akan merata di Palawan, sementara hujan ringan sampai sedang dan kadang berat akan melanda bagian barat Visayas dan Mindanao dalam 24 jam," kata biro sebagaimana dikutip Reuters.
Biro juga memperingatkan kemungkinan terjadinya lebih banyak banjir dan tanah longsor, dan menekankan perjalanan laut masih berisiko.
Tembin melanda pulau bagian selatan Filipina, Mindanao, pada Jumat, memicu banjir dan tanah longsor di daerah itu.
Pewarta: -
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017