Medan (ANTARA News) - Media sosial dapat menjadi wadah masyarakat untuk mengawasi dan menyampaikan berbagai kecurangan dalam penyelenggaraan pemilihan umum dan pemilihan kepala daerah.
Dalam sosialisasi pengawasan Pemilu yang digelar Panwaslu Kota Medan di Medan, Sabtu, mantan anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sumut Turunan Gulo mengatakan, untuk mendapatkan hasil pemilu dan pilkada yang berkualitas, masyarakat harus terlibat dalam mengawasi seluruh tahapan dan perkembangan di lapangan.
"Jangan hanya mengandalkan kualitas pilkada kepada KPU dan Bawaslu," katanya.
Menurut Gulo, salah satu wadah yang dapat digunakan masyarakat dalam mengawasi pemilu dan pilkada adalah dengan menggunakan media sosial (medsos) dengan terlibat dalam menyampaikan informasi yang selama ini sering disebutkan dengan civil jurnalisme.
Dengan medsos, masyarakat dapat menyampaikan berbagai informasi yang dibutuhkan, termasuk kecurangan, politik uang (money politic), atau penyalahgunaan wewenang dan fasilitas.
Ia mencontohkan adanya pejabat yang menggunakan fasilitas negara atau mobil dinas, atau pemaksaan terhadap masyarakat untuk memilih calon tertentu.
Masyarakat tidak perlu khawatir dianggap melakukan kampanye negatif (negative campaign) jika memiliki bukti dan data. "Yang tidak boleh itu kampanye hitam (black campaign) yang tidak didasari dan dan bukti," katanya.
Selaku mantan penyelenggara pemilu dan pilkada, Turunan Gulo menyatakan, hampir tidak ada jaminan kalau penyelenggaraan pesta demokrasi tersebut bebas dari kecurangan dan penyalahgunaan wewenang.
Namun sesuai teori yang ada, kejahatan dan penyalahgunaan wewenang selalu muncul jika ada perpaduan antara niat dan kesempatan. Karena itu, dibutuhkan peranan masyarakat untuk ikut mengawasi sehingga kesempatan tersebut semakin kecil.
"Kalau punya bukti, tidak usah ragu, gunakan medsos untuk menyampaikan pesan," kata Turunan Gulo dalam kegiatan dengan tema `Sosialiasi Peran Medsos" tersebut.
Praktisi media Deddy Ardiansyah mengatakan, peranan masyarakat untuk ikut mengawasi memang sangat dibutuhkan untuk mengurangi berbagai keanehan yang terjadi selama ini.
Sebagai orang yang terlibat langsung dalam peliputan pemilu dan pilkada, cukup banyak keanehan yang muncul dalam penyelenggaraan pemilu selama ini.
Ia mencontohkan keberadaan politisi yang hampir tidak pernah melakukan kampanye tetapi justru berhasil menjadi anggota legislatif.
"Kita sebagai orang media saja tidak tahu kapan dia kampanye, tapi perolehan suaranya melebihi orang yang berjuang habis-habisan," katanya tanpa menyebutkan politisi dimaksud.
Pewarta: Irwan Arfa
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017