Jakarta (ANTARA News) - Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia Zainut Tauhid Saadi mengatakan Amerika Serikat dan Israel sejatinya kalah telak terkait resolusi status Yerusalem dalam pemungutan suara di Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa meski mereka tidak patuh atas hasil pemungutan suara itu.
"Namun sangat disayangkan negara yang selama ini mendewakan demokrasi ternyata justeru paling antidemokrasi," kata Zainut di Jakarta, Sabtu.
Dia mengatakan AS justru dalam banyak kesempatan tidak menaati suara mayoritas terkait sejumlah isu. Seharusnya Amerika Serikat tunduk dan menghormati suara mayoritas karena itulah makna yang paling hakiki dalam sebuah demokrasi.
Sikap arogansi dan merasa paling berkuasa, kata dia, adalah bentuk kesombongan Amerika Serikat yang paling nyata. Seharusnya PBB memiliki sikap yang tegas terhadap AS karena tidak mengindahkan resolusinya.
PBB, lanjut dia, seharusnya memiliki keberanian untuk memberikan sanksi kepada AS atas pembangkangannya sehingga tidak dilecehkan dan memiliki wibawa. PBB jangan menggunakan standar ganda, terhadap negara lain berlaku keras tetapi terhadap negara adidaya tidak berdaya.
"Adapun terhadap Petisi MUI yang ditolak oleh AS tidak menjadikan MUI kecewa, karena resolusi PBB yang didukung mayoritas anggotanya saja diabaikan oleh AS apalagi petisi MUI yang hanya disuarakan oleh sebuah organisasi kemasyarakatan," kata Zainut.
MUI, kata dia, semakin yakin bahwa gerakan untuk memboikot produk AS dan Israel harus lebih disuarakan dan disosialisasikan agar menjadi gerakan bersama yang lebih masif dan merata di seluruh Indonesia. Lebih baik lagi jika nanti diikuti oleh masyarakat dunia.
Menurut dia, MUI juga menyampaikan apresiasi kepada Pemerintah Indonesia yang turut menjadi sponsor resolusi untuk menolak pengakuan sepihak AS atas Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
"Sikap ini menunjukkan bahwa pemerintah dan rakyat Indonesia bersama mayoritas dunia mendukung perjuangan rakyat Palestina untuk merdeka dari cengkeraman penjajah zionis Israel," katanya.
Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2017