"Hampir tidak mungkin dapat secara akurat menentukan apakah penderita terjangkit kolera atau hanyalah diare biasa," kata juru bicara pasukan gabungan tersebut dalam pernyataan, sebagaimana dilaporkan AFP.
Yaman, salah satu negara termiskin di kawasan Arab, terlibat dalam perang antara gerakan bersenjata Houthi dukungan Iran, dan pasukan militer gabungan pimpinan Arab Saudi dukungan Amerika Serikat.
Wabah Kolera mulai menyebar dengan cepat pada April, menewaskan 2.227 orang, namun tingkat kematiannya sejak saat itu semakin menurun.
ICRC mengatakan pada Rabu, bahwa terdapat satu juta penderita yang diduga terjangkit wabah Kolera di Yaman.
Gelombang wabah kolera baru diperkirakan terjadi pada Maret atau April.
Kemelut Yaman diperparah oleh blokade pasukan gabungan pimpinan Saudi terhadap pelabuhan-pelabuhan negara itu, mengakibatkan kurangnya pasokan bahan bakar dan lonjakan harga bahan pangan.
Sistem kesehatan hampir hancur, dengan petugas kesehatan yang tidak dibayar selama setahun, meskipun WHO memberikan pembayaran insentif untuk menangani kolera.
Arab Saudi mengatakan pada Rabu, bahwa terdapat kemungkinan Pelabuhan Hodeidah yang dikendalikan Gerakan Houthi, salah satu gerbang penting untuk masuknya bantuan, tetap terbuka untuk sebulan ke depan.
Juru bicara pasukan gabungan pimpinan Arab Saudi itu juga mengatakan bahwa Gerakan Houthi mencurigai pemberian vaksinasi serta tidak membuka jalur untuk bantuan dan pekerja kemanusiaan masuk ke wilayahnya. Mereka bahkan menjarah pasokan makanan dan obat-obatan.
(Uu.KR-AMQ)
Pewarta: Auliya Muttaqin
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2017