Jakarta (ANTARA News) - Keputusan Australia untuk abstain dalam pemungutan suara untuk resolusi PBB mengenai penolakan atas pengakuan Presiden Amerika Serikat Donald Trump bahwa Yerusalem ibu kota Israel telah membuat Palestina kecewa, kata perwakilan Otoritas Palestina di Canberra seperti dikutip laman SBS.
Sebaliknya kedutaan besar Israel menyambut pendirian Australia itu dengan menyatakan Israel mengapresiasi bahasa tubuh Australia itu.
Majelis Umum PBB dengan suara mayoritas telak menyatakan pengakuan sepihak Amerika Serikat bahwa Yerusalem ibu kota Israel sebagai "batal demi hukum."
Dalam sidang istimewa darurat pada Majelis Umum PBB, Kamis waktu AS, 128 negara mendukung resolusi penolakan atas keputusan kontroversial Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada 6 Desember itu. Sembilan negara menentang resolusi itu, sedangkan 35 negara abstain, termasuk Australia.
Sebaliknya sekutu setia Australia dan AS, yakni Inggris, justru memberikan suara "ya" untuk resolusi itu kendati AS mengancam akan menganggap pilihan "ya" oleh negara-negara pendukung resolusi sebagai "masalah pribadi".
"Mengencewakan, sedikit mengecewakan. Karena Nyonya Bishop (Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop) tiga atau empat hari lalu telah menyatakan posisi Tuan Trump yang mengakui Yerusalem ibu kota Israel akan meningkatkan ketegangan," kata Duta Besar Otoritas Palestina untuk Australia Izzat Abdulhadi kepada SBS News.
Abdulhadi menyebut keputusan abstain itu jelas ditunggangi oleh hasrat untuk menyenangkan sekutu Australia, yakni AS.
Bishop berkilah bahwa keputusan abstain sudah konsisten dengan posisi Australia. "Posisi suara Australia menyangkut Yerusalem mencerminkan penilaian kami bahwa resolusi itu secara material tidak akan memajukan proses perdamaian," kata dia.
Pewarta: -
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2017