Seoul (ANTARA News) - Penggemar yang berduka cita melawan cuaca dingin demi mengucapkan selamat tinggal pada Kim Jonghyun, vokalis utama grup K-pop SHINee, tapi aksi bunuh diri ini membuat pejabat di instansi kesehatan Korea Selatan makin mengkhawatirkan adanya peniru.
Korea Selatan memiliki tingkat bunuh diri tertinggi di dunia, yang merupakan penyebab utama kematian orang di bawah 30 tahun, dan pihak berwenang mendesak anak muda yang putus asa untuk mencari pertolongan.
"Orang yang berupaya mencabut nyawa setelah kematian selebritas yang bunuh diri sangat umum terjadi," kata Shin Eun-jung, seorang pejabat di Pusat Pencegahan Bunuh Diri Korea.
"Mendiang penyanyi K-pop ini sangat populer di kalangan remaja, yang cenderung sangat rentan terhadap emosi dan trauma."
Menangis, meratap dan saling berpelukan, pria dan wanita muda berpakaian abu-abu dan hitam berjejer di jalan saat sebuah mobil jenazah membawa peti mati Kim meninggalkan rumah sakit di ibu kota Korea Selatan.
"Saya sangat sedih sehingga saya bahkan tidak bisa menangis," kata seorang penggemar China berusia 18 tahun, Chen Jialin, di pemakaman tersebut. "Hatiku sangat sakit."
Kim, 27, ditemukan tidak sadarkan diri di samping briket yang terbakar di penggorengan di Seoul pada hari Senin (18/12), kata polisi kepada Reuters.
Dia kemudian meninggal di sebuah rumah sakit dan kematiannya dinyatakan terjadi akibat bunuh diri.
Tingginya tingkat bunuh diri
Tingkat bunuh diri Korea Selatan adalah 24,1 tiap 100.000 penduduk pada 2015, berdasarkan data terbaru dari World Health Organization (WHO), lebih dari dua kali lipat rata-rata global 10,7.
Pada 2016, negara yang memiliki 51 juta penduduk tersebut melaporkan rata-rata ada 36 kasus bunuh diri per hari, kata pemerintah.
"Kami memantau dengan seksama berita serta jumlah kasus bunuh diri setelah kematian selebriti untuk mencegah penularan bunuh diri di kalangan masyarakat luas," kata seorang pejabat kementerian kesehatan.
Studi telah menunjukkan bahwa kasus bunuh diri orang terkenal tidak hanya dapat memancing lebih banyak kematian, tapi juga mendorong orang untuk menerapkan metode serupa, kata Shin menambahkan.
Kekhawatiran itu menyebar ke Thailand, di mana pihak berwenang mendesak untuk mengawasi penggemar musik pop Korea yang mungkin berisiko melakukan bunuh diri.
"Penggemar yang lemah secara emosional dan depresi punya risiko tinggi soal meniru idola mereka," kata Samai Sirithongthaworn, seorang pejabat kesehatan mental Thailand, kepada Reuters.
Gaya hidup penuh tekanan
Jonghyun menghabiskan lebih dari satu dekade sebagai salah satu dari lima anggota grup SHINee, dia juga sibuk sebagai artis solo. Kematiannya mengejutkan para penggemar yang menyukai musik K-pop di seluruh dunia.
Namun ada tanda-tanda bahwa hidup Jonghyun yang glamor memiliki sisi gelap yang tak terlihat.
Kantor berita Korea Yonhap melaporkan Jonghyun mengirim pesan terakhir pada kakak perempuannya yang meminta untuk "membiarkannya pergi".
Sehari setelah kematiannya, rekan musisi merilis pesan dari Jonghyun yang diterimanya dua pekan sebelumnya.
Jonghyun menulis dia "hancur dari dalam" dan dokternya gagal mengatasi depresinya, justru menyalahkan kepribadiannya atas ketidakbahagiaannya.
"Depresi yang perlahan menggerogotiku, akhirnya benar-benar menelanku. Dan aku tidak bisa mengalahkannya," tulis Jonghyun.
Para penyanyi K-pop bisa menghadapi gaya hidup penuh tekanan karena banyak dari mereka yang dipoles oleh perusahaan musik sejak belia.
"Sebagai bintang top yang populer, mereka sangat kehilangan kehidupan pribadi," kata Seok Jeong-ho, seorang profesor psikiatri di Gangnam Severance Hospital.
"Karena masalah mental tidak dapat dilihat, pentingnya perawatan segera seringkali terbengkalai."
Penerjemah: Nanien Yuniar
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2017