Namun menurut siaran kantor berita AFP, pejabat dari kantor Netanyahu tidak memberikan informasi lebih lanjut tentang pertemuan yang dilakukan saat ketegangan dengan masyarakat internasional dan Palestina memanas menyusul keputusan Trump mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel, dan Amerika Serikat memveto resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai status Yerusalem di Dewan Keamanan.
Palestina menyatakan keputusan Amerika Serikat mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel telah mendiskualifikasi negara itu dari perannya sebagai penengah proses perdamaian dengan Israel.
Pada Selasa, Greenblatt bertemu dengan perwakilan khusus Uni Eropa untuk Timur Tengah Fernando Gentilini, serta Mayor Jenderal Israel Yoav Modechai, kepala unit Kementerian Pertahanan COGAT yang bertanggung jawab atas aktivitas di wilayah Palestina menurut utusan Amerika Serikat itu di Twitter.
Greenblatt adalah anggota kunci tim kecil yang ditunjuk oleh Trump, yang telah menggelar pertemuan di wilayah itu dalam beberapa bulan sebagai bagian dari upaya untuk meluncurkan kembali proses diplomatik antara Israel dan Palestina.
Kunjungan Greenblatt ke Israel ditujukan sebagai kunjungan pendahuluan sebelum Wakil Presiden Mike Pence, yang semula dijadwalkan datang pada Rabu namun kemudian menunda kunjungan sampai Januari, dengan alasan perlu menghadiri pemungutan suara penting Senat di Washington.
Pengumuman Trump pada 6 Desember membalikkan kebijakan puluhan tahun Amerika dan memicu kecaman diplomatik dan protes mematikan di wilayah Palestina, sementara Israel memujinya sebagai tindakan "bersejarah".
Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengatakan para pejabat Palestina tidak akan menemui pejabat Amerika Serikat, dan alih-alih meminta China dan Rusia ambil peran lebih besar dalam proses perdamaian.
Para Rabu, Abbas menerima Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al Saud, yang menjanjikan dukungan untuk Yerusalem Timur sebagai ibu kota masa depan negara Palestina. (kn)
Pewarta: -
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017