Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Selasa sore, bergerak menguat sebesar 23 poin menjadi Rp13.558 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp13.581 per dolar Amerika Serikat (AS).
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Selasa mengatakan bahwa dolar AS melemah terhadap sejumlah mata uang dunia, termasuk rupiah seiring dengan pelaku pasar cenderung berhati-hati mengenai perkembangan pembahasan RUU Pajak Amerika Serikat.
"Dolar AS sempat menguat setelah anggota Senat Partai Republik menyatakan akan meloloskan RUU Pajak, namun saat ini pelaku pasar cenderung menahan transaksinya seraya menanti perkembangan itu," katanya.
Ia menambahkan bahwa pelaku pasar uang juga sedang menanti data sektor perumahan serta izin bangunan di Amerika Serikat untuk melihat kekuatan pasar perumahan di sisa tahun ini.
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada menambahkan bahwa selain sentimen dari Amerika Serikat, harga minyak mentah dunia yang mengalami apresiasi turut menopang mata uang berbasis komoditas seperti rupiah.
"Nilai tukar rupiah mendapatkan momentum penguatan terhadap dolar AS seiring harga minyak yang naik di tengah antisipasi pasar terhadap reformasi pajak di Amerika Serikat," katanya.
Terpantau harga minyak jenis WTI Crude pada Selasa (19/12) sore ini menguat 0,45 persen ke level 57,42 dolar AS per barel, dan Brent Crude naik 0,46 persen menjadi 63,70 dolar AS per barel.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Selasa (19/12) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah ke posisi Rp13.587 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.584 per dolar AS.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017