Jakarta (ANTARA News) - Setelah menandatangani kontrak untuk melatih tim nasional Indonesia pada Januari 2017, Luis Milla Aspas terlihat tidak kesulitan menemukan pemain serang dengan kecepatan lari di atas rata-rata.

Sebut saja Febri Hariyadi, Osvaldo Haay, Saddil Ramdani, Yabes Roni dan terbaru layaknya Irfan Bachdim, Ilham Udin Armaiyn serta Andik Vermansyah bergantian dipanggil Milla ke tim nasional U-23 maupun senior.

Dengan formasi 4-2-3-1, yang ditampilkan pelatih asal Spanyol itu hampir di semua pertandingan timnas, Milla sangat menggemari sokongan dari sisi sayap baik untuk membantu menciptakan maupun membuat gol.

Hasilnya tidak mengecewakan. Dari 23 laga yang dilewati, gelandang sayap Indonesia berhasil mencetak 11 gol dari total 35 gol tim nasional baik U-23 maupun senior selama ditangani Luis Milla.

Dan demi memfasilitasi kualitas di sektor sayap, Luis Milla pun membutuhkan sosok penyerang tengah sebagai "target man" yang bertugas menjaga bola, sebelum mengumpannya ke tengah atau langsung melebar.

Apalagi terdekat, timnas Indonesia akan mengikuti Asian Games pada bulan Agustus 2018 yang digelar di Tanah Air. Ditargetkan meraih posisi empat besar, mau tak mau Indonesia harus menelan kemungkinan berhadapan dengan tim-tim kuat Asia dengan pemain-pemain berpostur tinggi besar seperti China, Korea Selatan, dan Iran.

Melihat potensi itu, kebutuhan akan adanya seorang target man dirasa perlu. Syarat mutlak target man tentu saja, harus memiliki postur kokoh dan jejak kaki yang kuat. Ini penting karena dia sedapat mungkin tak boleh kalah beradu dengan bek tengah lawan ketika menahan atau memperebutkan bola bola.

"Target man" ini harus pintar pula mencari posisi dan menuntaskan umpan yang melintas di kotak penalti lawan, khususnya umpan silang.

Untuk mengisi posisi itu, Milla pun memanggil nama-nama seperti Ahmad Nur Hardianto, Marinus Wanewar, Lerby Leandry, Ezra Walian, Muhammad Rafli Mursalim dan Ilija Spasojevic.

Namun ternyata menemukan seorang target man lokal mumpuni layaknya Bambang Pamungkas bukanlah perkara mudah dan prosesnya kadang tak berjalan sesuai harapan.

Di skuat U-23, Marinus Wanewar menjadi penyerang yang paling sering tampil di tim nasional. Dia diikutkan ke SEA Games 2017 dan Kualifikasi Piala Asia U-23.

Akan tetapi, catatan Marinus kurang begitu bagus karena hanya mencetak dua gol dari semua penampilannya, belum lagi ditambah sikapnya yang emosional.

Dia "sebelas-dua belas" dengan penyerang naturalisasi yang kini bermain di klub Almere City di divisi kedua Liga Belanda Ezra Walian. Selama bermain di bawah kepelatihan Milla, termasuk tampil di SEA Games 2017 di mana dia lebih banyak menjadi cadangan Marinus, pemain kelahiran Belanda 21 tahun lalu tersebut tercatat hanya membuat satu gol.

Sebenarnya ada nama penyerang 22 tahun Ahmad Nur Hardianto yang sudah mengoleksi satu gol untuk timnas U-23. Akan tetapi, selepas dibekap cedera dia tidak pernah lagi dipanggil ke skuat.

Hal ini agak meresahkan karena di Asian Games 2018, para penyerang muda itu seharusnya bisa menjadi andalan karena cabang olahraga sepak bola wajib menurunkan pemain U-23, dengan pilihan bisa mengikutsertakan tiga pemain senior.

Agaknya, opsi pemain senior berusia di atas 23 tahun ini yang dipilih Luis Milla untuk mengisi kehampaan di sektor "target man" dan Ilija Spasojevic yang tampaknya paling mungkin menjadi solusi.

Pria yang akrab disapa Spaso itu merupakan pemain dengan segudang pengalaman dan telah bermain di liga beberapa negara di Eropa dan Asia. Pernah pula membela timnas Serbia-Montenegro dan Montenegro di kelompok umur U-17 hingga U-19.

Bagaimana dengan pemain senior lainnya Lerby Eliandry yang sudah mencetak satu gol untuk timnas?

Walau sama-sama bertinggi badan di atas 180 centimeter dan menjadi penyerang utama di klub masing-masing di Liga 1, keunggulan pengalaman Spaso membuatnya lebih berpotensi mengisi skuat timnas Indonesia sebagai salah satu pemain senior di Asian Games 2018 daripada Lerby.

Penting
Usai bertanding melawan timnas Guyana di akhir November 2017, Luis Milla sempat memuji penampilan Ilija Spasojevic yang menorehkan dua gol di partai persahabatan FIFA tersebut.

"Spaso adalah pemain penting," ujar Milla dalam komentar singkatnya mengenai penampilan penyerang berusia 30 tahun itu.

Pertanyaannya sekarang, seberapa penting Spaso untuk timnas Indonesia yang ditargetkan masuk ke semifinal Asian Games 2018 oleh pemerintah? Mari kita urai.

Tidak sampai sebulan setelah dinaturalisasi dari Montenegro, pada 18 November 2017 Spaso langsung diikutkan oleh Luis Milla menghadapi laga uji coba kontra timnas U-23 Suriah.

Dalam kesempatan perdananya mengenakan lambang negara Garuda Pancasila di dada, penyerang yang resmi bermain untuk Bali United di Liga 1 musim 2018 itu dipercaya untuk turun sebagai "starting eleven".

Spaso gagal mencetak gol di laga yang dimenangkan timnas U-23 Suriah dengan skor 1-0 itu. Dia bahkan tak bisa membuat satu pun tembakan ke gawang.

"Ini baru awal dan saya akan bekerja keras untuk menambal kekurangan saya," kata Spaso usai pertandingan pertamanya itu.

Sebagai catatan, meski tidak bisa membuat gol dan tembakan tepat sasaran, Milla memainkannya selama 90 menit. Walau tidak menyebutkan alasannya, Milla sepertinya tertarik melihat performa Spaso sebagai seorang target man.

Spaso terlihat fasih mengendalikan bola di sepertiga akhir wilayah lawan. Dengan tinggi badan 187 centimeter, dia bisa melindungi bola sebelum mengopernya kembali ke tengah atau ke sisi sayap di mana pemain cepat seperti Febri Hariyadi sudah menunggu.

Selain itu, dengan posisi demikian dia dapat pula memancing pelanggaran dari pemain lawan. Intinya, yang kurang dari Spaso ketika itu hanya gol dan efektivitas di depan gawang.

Di pertandingan keduanya bersama tim Garuda yakni melawan Guyana pada 25 November 2017, Spaso berhasil membuktikan bahwa dirinya bisa bermain lebih baik dan melesakkan dua gol untuk membawa Indonesia menang dengan skor 2-1.

Pencapaian ini sedikit istimewa karena di laga tersebut Spaso menjadi satu-satunya pemain senior yang dipanggil Luis Milla mendamping para punggawa U-23 yang disiapkan untuk Asian Games 2018.

Sejak saat itu, total Spaso sudah memberikan tiga gol untuk timnas Indonesia dari lima laga yang dilakoninya. Catatan ini jauh lebih baik dari semua penyerang tengah bertipe target man yang pernah dipanggil Luis Milla ke skuat.

Pertimbangan lain yang menegaskan Spaso bisa menjadi pemain penting di timnas adalah dia cukup subur di Liga 1 musim 2017 dan berhasil membawa timnya ketika itu Bhayangkara FC menjadi juara.

Di Bhayangkara, Spaso sanggup membuat 12 gol dan dua assist hanya dari 16 laga karena dia baru direkrut pada paruh kedua musim.

Sebelum di Bhayangkara, pada tahun 2016 Spaso berhasil menggoreskan catatan mengesankan di Malaysia dengan menjadi peraih sepatu emas karena membuat 30 gol dari 35 pertandingan dan mengantarkan klubnya saat itu Melaka United juara liga tingkat dua Negeri Jiran, Malaysia Premier League.

Fokus
Faktor lain yang menjadi nilai plus bagi Spaso untuk membela timnas Indonesia di Asian Games 2018 adalah dia saat ini sangat fokus membela timnas.

Spaso sangat gembira bisa membela timnas Indonesia, yang disebutnya seperti mimpi, dan siap memberikan kemampuan terbaiknya jika dipercaya masuk ke skuat.

Sebagai bentuk loyalitas, dia berjanji siap meninggalkan waktunya berkumpul bersama keluarga demi timnas.

"Prioritas saya itu timnas," tutur Spaso. Semangat yang menggebu ini tentu saja menjadi modal bagus di Asian Games 2018 nanti.

Kemudian, menurut pelatih Luis Milla, keberadaan Spaso bisa memudahkan karena pria dua anak tersebut bisa berbahasa Spanyol. Tim pelatih, sebut Milla, sangat beruntung karena hal itu.

Selanjutnya, pengalaman Spaso juga dibutuhkan oleh para pemain muda. "Semoga dia bisa menjadi contoh yang baik di tim," tutur Milla.

Dengan segala kelebihannya, sosok Spaso memiliki dua kekurangan. Pertama, jika bergabung dengan timnas di Asian Games 2018, sebagai "anak baru", dia harus mampu beradaptasi dengan para pemain lain terutama konsep permainan Luis Milla.

Kedua, Spaso dikenal sebagai pemain yang rentan cedera. Apalagi kini usianya semakin tua. Dalam dua tahun terakhir saja, dia mengalami beberapa kali cedera seperti kala membela Melaka United pada semester pertama tahun 2017.

Cedera itu yang membuatnya gagal meraih kembali tempat di skuat dan akhirnya menyeberang ke Bhayangkara FC di Liga 1 Indonesia. Di klub yang dinaungi Polri ini, Spaso sempat mengalami cedera otot paha belakang ("hamstring")

Tugas Luis Milla untuk membawa timnas Indonesia meraih target semifinal Asian Games 2018 memang tidak akan mudah. Yang pasti, setidaknya Milla tak perlu bingung lagi menentukan siapa salah satu nama yang akan dibawa ke Asian Games 2018 nanti.

Spaso, tentu saja.

Pewarta: Michael Teguh Adiputra S
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2017