"Kesimpulan yang kami dapatkan adalah bahwa konsep ini (program sekolah sejahtera) sangat mendukung pengembangan akademik dan karakter anak," kata Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Kadarmanta Baskara Aji di Fakultas Psikologi UGM, Senin.
Menurut Aji, sekolah sejahtera merupakan sistem sekolah di mana guru, karyawan, siswa, dan orang tua, saling mendukung, saling memberi apresiasi positif, dan saling memotivasi. Hingga saat ini sudah ada 10 sekolah di DIY yang ditunjuk sebagai perintis sekolah sejahtera.
"Sehingga anak tumbuh optimal dengan karakter yang tangguh, mengenali potensi diri, produktif, dan mampu berkontribusi untuk komunitas," kata dia.
Dalam tiga tahun terakhir, salah satu unit penelitian Fakultas Psikologi UGM yakni "Center for Public Mental Health (CPMH) UGM" melakukan berbagai langkah untuk membangun pondasi sekolah sejahtera melalui kegiatan sosialisasi, pelatihan literasi kesehatan mental untuk guru dan murid, penempatan psikolog sekolah, serta pembentukan peer counselor di masing-masing sekolah. Upaya-upaya ini mendapat apresiasi dari Aji yang telah melihat sendiri perubahan yang terjadi di sekolah-sekolah percontohan.
Direktur CPMH UGM, Diana Setiyawati menjelaskan ide dari program sekolah sejahtera telah muncul sejak 2012 dalam Deklarasi Sekolah Indonesia Sejahtera di kawasan titik Nol Kolometer. Tujuannya untuk meningkatkan perhatian masyarakat dan pemangku kebijakan akan pentingnya keberadaan sekolah sejahtera yang tidak hanya fokus pengembangan intelektualitas tapi juga mengoptimalkan pengembangan potensi diri dan kesehatan mental siswa.
Sistem itu, kata dia, berangkat dari pengertian bahwa siswa belajar dengan lebih baik dan memperoleh hasil belajar yang baik ketika mereka merasa aman, bahagia, dan tertarik dengan pelajaran. Karena itu, diperlukan penekanan pada cara pandang yang positif terhadap anak baik oleh guru, karyawan sekolah, serta orang tua.
Dalam program itu, guru diajak untuk lebih banyak berkomunikasi dengan muridnya, termasuk dalam mendisiplinkan murid.
"Idenya adalah membangun sistem yang tidak hanya bertindak ketika ada masalah, tapi sistem preventif dengan menciptakan iklim positif di kelas yang membuat anak-anak merasa di-orang-kan. Rasa dihargai dan dianggap sendiri sudah menjadi sesuatu yang penting bagi anak-anak remaja," kata dia.
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017