Jakarta (ANTARA News) - Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi menegaskan bahwa berbagai permasalahan Palestina bukanlah persoalan agama, dan pembelaan terhadap bangsa itu bukan hanya kepentingan Indonesia.
"Isu Palestina bukan isu agama. Ini bukan hanya kepentingan Indonesia untuk membela Palestina, melainkan kepentingan semua negara di dunia," kata Menlu Retno Marsudi pada acara seminar "Geo-Political and Geo-Economic Shift in Indo-Pacific Region and Indonesian Foreign Policy", di Gedung Wisma Antara, Jakarta, Senin.
Menurut Retno, berbagai upaya untuk membela Palestina dalam memperjuangkan hak dan kemerdekaannya merupakan kepentingan semua negara dan pemangku kepentingan di arena internasional. Hal itu, kata dia, untuk menunjukkan pentingnya keadilan dan kemanusiaan di dunia.
Indonesia bersama dengan negara-negara anggota Organisasi Kerja sama Islam (OKI) lainnya mengecam tindakan pemerintah Amerika Serikat yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan berencana memindahkan Kedutaan Besar AS di Tel Aviv ke Yerusalem.
Sebelumnya Presiden Donald Trump, Rabu (6/12) tiba-tiba membalikkan kebijakan yang telah dianut Amerika Serikat selama berpuluh-puluh tahun, dengan mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
Terkait hal itu, pemerintah Indonesia melakukan berbagai upaya diplomasi untuk menggalang dukungan internasional untuk membela hak-hak rakyat Palestina.
"Salah satunya saya pergi ke Brussels, Belgia untuk bertemu dengan Perwakilan Tinggi Uni Eropa untuk Urusan Luar Negeri dan Kebijakan Keamanan Federica Mogherini. Saya menerima informasi dari Mogherini bahwa Uni Eropa juga mengambi posisi yang sama (dengan Indonesia,red) terkait isu Palestina," ujar Menlu Retno.
Dia menegaskan bahwa negara-negara anggota Uni Eropa juga tidak mendukung langkah Presiden AS Donald Trump.
"Selanjutnya, semoga kita bisa mengumpulkan lebih banyak dukungan untuk Palestina. Indonesia akan selalu berdiri berdampingan dengan Palestina. Isu Palestina ada di jantung diplomasi Indonesia," ucap Menlu Retno.
Pewarta: Yuni Arisandy Sinaga
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2017