Jakarta (ANTARA News) - Perum Pegadaian Pusat optimistis mampu memenuhi target omset Rp21 triliun sebesar 2007 atau meningkat sekitar 21,5 persen dibandingkan tahun lalu yang mencapai Rp17,294 triliun karena permintaan dana oleh masyarakat yang semakin meningkat. "Kami optimistis hal ini dapat terwujud, apalagi masyarakat yang belum memiliki akses terhadap bank (bankable) masih banyak dan perekonomian agak lambat saat ini, serta diturunkannya bunga gadai menjadi satu persen per 15 hari sejak Januari kemarin," kata Manajer Komunikasi Perusahaan Perum Pegadaian Irianto di Jakarta, Rabu. Menurut dia, kondisi tersebut di atas saat ini sangat mendukung Perum Pegadaian yang menyediakan layanan keuangan yang cepat. "Berbeda dengan bank yang harus memakai berbagai prosedur dan rumit," katanya. Pertumbuhan omset tersebut, menurut dia, akan didukung oleh gadai konvensional yang mencapai Rp20 triliun, dan gadai syariah dan kreasi yang mencapai Rp1,0 triliun. "Pertumbuhan omset tetap masih didominasi oleh gadai konvensional, pertumbuhan gadai syariah meski relatif tetapi masih sangat kecil karena masih produk baru, sedangkan produk kreasi berupa kredit viscus merupakan kerjasama dengan departemen koperasi dengan dana yang ada sekitar Rp800 miliar," katanya. Hingga April 2007 menurut data laporan omset perum pegadaian telah mencapai 6,478 triliun. "Dan hingga Mei 2007 telah mencapai sekitar Rp8,1 triliun, karena data yang mei yang belum kami masukan telah mencapai sekitar Rp1,7 triliun, dan Juni pasti meningkat" katanya. Ia menambahkan setiap tahun pertumbuhan omset perum pegadaian selalu diatas 30 persen. Pada tahun 2005, omset Perum Pegadaian tumbuh 30,24 persen atau mencapai Rp13,126 triliun. Pada tahun 2006 omset tumbuh 31,75 persen atau mencapai Rp17,294 triliun. Sementara itu, menurut data Perum Pegadaian pelunasan yang telah direalisasikan oleh masyarakat pada tahun 2005 mencapai Rp11,940 triliun, pada tahun 2006 meningkat 34,29 persen menjadi Rp16,039 triliun. Hingga April 2007, pelunasan telah mencapai 5,865 triliun. "Kemacetan pembayaran oleh masyarakat di Perum Pegadaian tak lebih dari dua persen, biasanya mereka yang memang benar-benar sudah tidak bisa bayar," katanya. Kemacetan yang sangat kecil tersebut menurut dia karena adanya sistem yang fleksibel dari perum pegadaian kepada masyarakat dalam pembayaran. "Kita pastikan mereka diberitahu sebelumnya bahwa barang gadai akan dilelang tanggal sekian, bila mereka belum bisa menebus tetapi mereka memberitahukan dahulu misalnya, masyarakat bisa membayar dulu bunganya, dan kemudian mencicil pinjamannya, jadi kita fleksibel," katanya. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007