Bogor (ANTARA News) - Balai Besar Pelatihan Kesehatan Hewan (BBPKH) Cinagara, memberikan pelatihan magang tentang gangguan reproduksi hewan ternak kepada sejumlah petugas peternakan di Kota Tanjung Pinang, Provinsi Kepulauan Riau, Jumat.
Tenaga pelatih (Widyaiswara) BBPKH Cinagara, Sri Teguh Waloyo menjelaskan pelatihan atau magang yang diberikan kepada petugas peternakan di Kota Tanjung Pinang dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan kepada hewan untuk mendukung program upaya khusus Sapi indukan wajib bunting (Upsus Siwab).
"Sebab kesehatan hewan memiliki peran sangat penting dalam siklus reproduksi hewan," kata Sri.
Menurutnya, keberhasilan reproduksi akan sangat mendukung peningkatan populasi sapi di daerah. Namun, kondisi sapi saat ini, usaha peternakan rakyat masih sering dijumpai kasus gangguan reproduksi.
Kasus tersebut lanjutnya, ditandai dengan rendahnya fertilitas induk, akibatnya berupa penurunan angka kebuntingan dan jumlah kelahiran pedet, sehingga mempengaruhi penurunan populasi sapi dan pasokan penyedia daging secara nasional.
"Gangguan reproduksi umumnya terjadi pada sapi di antaranya adalah retensio sekundinarium atau ari-ari tidak keluar," kata Sri.
Gangguan lainnya berupa distokia (kesulitan melahirkan), abortus (keguguran), dan kelahiran prematur/sebelum waktunya.
Menurutnya gangguan reproduksi tersebut menyebabkan kerugian ekonomi sangat besar bagi petani yang berdampak terhadap penurunan pendapatan peternak.
"Gangguan ini umumnya disebabkan oleh beberapa faktor," katanya.
Faktor gangguan tersebut di antaranya penyakit reproduksi, buruknya sistem pemeliharaan, tingkat kegagalan kebuntingan dan masih adanya pengulangan inseminasi.
"Yang kemungkinan salah satu penyebabnya adalah adanya gangguan reproduksi," kata Sri.
Menurut salah satu peserta magang drh Onty Maltasari dari Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Kota Tanjung Pinang Provinsi Kepulauan Riau, kegiatan magang dilaksanakan selama tiga hari dari Rabu (13/12) sampai dengan Jumat ini.
Peserta mendapatkan materi dari pelatih seperti tentang fisiologi reproduksi, gangguan reproduksi karena penyakit, keturunan dan fungsional (hormonal) serta kebidanan pada hewan.
"Selain menerima teori, kami juga ikut praktek langsung di lapangan untuk mengetahui bagaimana cara menangulangi permasalahan gangguan reproduksi pada ternak," katanya.
Onty menambahkan kegiatan magang yang diikutinya bertujuan untuk melatih dan meningkatkan kemampuan dalam mediteksi penanganan gangguan reproduksi. Setelah magang para peserta diharapkan dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh di lapangan khusunya di Kepulauan Riau untuk dapat membantu meningkatkan produksi ternak bagi petani dalam penanganan penyakit reproduksi.
"Kegiatan magang ini untuk menyukseskan program Kementerian Pertanian swasembda daging sapi pada tahun 2026," kata Onty.
Pewarta: Laily Rahmawati
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017