Karangasem, Bali (ANTARA News) - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi menerangkan pengisian kubah lava di dasar kawah Gunung Agung, Kabupaten Karangasem, Bali, mengalami pertambahan atau naik tipis yang terpantau dari citra satelit dan menggunakan pesawat tanpa awak (drone) saat ini.
Kepala Bidang Mitigasi (PVMBG) I Gede Suantika, di Posko Pemantauan Gunung Agung, Desa Rendang, Karangasem, Jumat, penamabahan kubah lava ini menandakan aktivitas magma dari dalam perut gunung masih berlangsung dan masih adanya aktivitas vulkanik gunung setinggi 3.142 mdpl itu.
"Pengisian lava ini yang terpantau dari data satelit sebelumnya jumlahnya sepertiga dari kawah Gunung Agung dengan luas diameter 900 meter dan kedalaman 200 meter sudah terisi material lava vulkanik. Namun saat ini terpantau naik sedikit sekitar seperempat dari volume kawah Gunung Agung yang teramati dari satelit dan menggunakan pesawat tanpa awak yang kami terbangkan tadi," katanya.
Ia menerangkan, sifat lava sangat encer dan akan memenuhi volume kawah gunung terlebih dahulu dan sebelumnya terlihat ada tonjolan keluarnya lava yang juga telah mengisi volume kawah yang masih berlangsung, namun belum sampai hingga bibir kawah Gunung Agung.
Oleh karena keluarnya lava encer ini, pihaknya merilis aktivitas vulkanik Gunung Agung ini masih dalam kategori efusif magmatik dan untuk memastikan apakah aktifitas magmatik Gunung Agung ini mengalami eksplosif, pihaknya akan melihat data lebih lanjut.
"Sampai saat ini berdasarkan data kami masih ada gempa dan hembusan pada kawah Gunung Agung dan belum melebihi dari itu," katanya.
Untuk saat ini, hembusan asap putih dari Gunung Agung per harinya bisa mencapai rata-rata 40 kali per hari dan aktivitas vulkanik saat ini cenderung progresif atau berjalan terus, namun "rate" masih konstan atau berlangsung pelan.
Ia mengakui, pada 25-29 November 2017 memang terjadi aktivitas vulkanik secara besar-besaran dengan mengeluarkan abu dengan volume mencapai 36 kubik per detik. Namun, saat ini pengeluaran abunya sedikit menurun.
Gede Suantika mengatakan, sebelumnya saat terjadi aktivitas vulkanik secara besar-besaran terukur pengeluaran gas mencapai 1.300 ton per hari ini dan ini akan menjadi data pembanding ke depannya.
"Kami mempunyai beberapa skenario, kalau nantinya pengeluaran gas ini turun, berarti kemungkinan ada suplai magma yang tersumbat atau sudah habis," kata Gede Suantika.
Pewarta: I Made Surya Wirantara Putra
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017