Jakarta (ANTARA News) - Bursa Efek Indonesia (BEI) menilai pencatatan surat utang global berbasis rupiah (Komodo Bond) di Bursa Efek London (London Stock Exchange) menunjukan kepercayaan investor dunia terhadap Indonesia.
"Dengan sudah dicatatkannya Komodo Bond di London menunjukkan investor asing percaya terhadap perekonomian Indonesia," ujar Direktur BEI Samsul Hidayat di sela seminar "Outlook Industri Infrastruktur dan Perbankan 2018" di Jakarta, Kamis.
Ia menambahkan bahwa Komodo Bond yang diterbitkan oleh PT Jasa Marga (Persero) Tbk senilai Rp4 triliun dan dicatatkan di London Stock Exchange itu dampaknya akan positif bagi pembangunan infrastruktur di dalam negeri.
Ia menambahkan bahwa dengan apresiasi dari investor asing terhadap Komodo Bond itu maka dapat mengurangi kendala pendanaan dalam melangsungkan pembangunan infrastruktur di dalam negeri.
"Sentimen fundamental itu apa yang dilakukan pemerintah salah satunya dari sisi sektor infrastruktur, transporttasi, kesehatan, pendidikan serta energi. Itu merupakan faktor utama untuk menjamin pertumbuhan yang berkelanjutan, saat ini pemerintah sedang fokus pada sektor itu," katanya.
Dalam kesempatan sama, Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Kemenko Perekonomian, Wahyu Utomo mengatakan bahwa pasar modal menjadi wadah alternatif bagi pemerintah untuk membiayai pembangunan infrastruktur pada Proyek Strategis Nasional (PSN).
"Banyak regulasi yang sudah kami keluarkan untuk lebih membuat swasta nyaman dalam membangun infrastruktur di Indonesia. Dalam hal pembiayaan, kami juga membangun beberapa skema pembiayaan, misalnya dengan Dinfra, aset efek beragun aset (EBA) dan lainnya. Jadi intinya kita ingin swasta lebih banyak berminat dalam pembiayaan infrastruktur dan sumber-sumber pembiayaan berjangka panjang yang bisa dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur," katanya.
Sementara itu, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas, Bambang Brodjonegoro mengatakan pihak swasta diharapkan lebih fokus masuk ke bisnis infrastruktur.
"Belum ada konglomerat yang bisnis intinya di infrastruktur, masih menjadi sampingan. Padahal, investasi infrastruktur menjanjikan," katanya.
Menurut dia, saat ini kontribusi infrastruktur kepada Produk Domestik Bruto (PDB) baru sekira 38 persen, sementara rata-rata dunia mencapai 70 persen. Dengan demikian, peluang investasi di infrastruktur cukup menjanjikan.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017