Batam (ANTARA News) - Tiga orang di Kepulauan Riau diduga menderita difteri dan sekarang sedang dalam penanganan di tiga rumah sakit, demikian disampaikan Dinas Kesehatan setempat.
"Ada tiga orang suspect, satu orang di Kabupaten Karimun dan dua orang di Kabupaten Bintan," kata Kepala Dinas Kesehatan Kepri, Tjetjep Yuduana di Batam, Kamis.
Terduga difteri di Kabupaten Karimun kini diisolasi di Rumah Sakit Umum Daerah M Sani dan dua terduga asal Bintan dirawat di ruang isolasi RSU Provinsi Kepri dan RS Angkatan Laut Dr Midiyato di Tanjungpinang.
Dinas kesehatan telah membawa sampel kultur tenggorokan ketiga terduga difteri ke RS Cipto Mangunkusumo Jakarta untuk diperiksa apakah benar mengandung difteri.
Ia menjelaskan ada beberapa tahap pemeriksaan sampai seseorang dinyatakan positif difteri.
"Mereka masih dirawat di ruang isolasi dan tidak kami izinkan keluar sebelum diketahui positif atau negatif. Mudah-mudahan negatif," kata dia.
Pemeriksaan membutuhkan waktu dua pekan dan diharapkan 10 hari lagi selesai.
Ia mengatakan terduga difteri di Kepri tidak hanya anak-anak, melainkan dewasa. Bahkan seorang terduga berusia 40 tahun.
"Ada yang dewasa, usia 40 tahun dari Kijang, Bintan. Sekarang trennya tidak untuk balita saja, tapi mengarah dewasa," kata diia di tengah-tengah kunjungan Menteri Puan Maharani.
Meski ada tiga orang warga yang diduga menderita difteri, namun ia mengatakan belum perlu dilakukan imunisasi masal.
Menurut dia, imunisasi masal akan dilakukan bila ada warga yang dinyatakan positif difteri. Pemberian imun secara masal perlu dilakukan karena penyakit itu mudah menukar.
"Sekarang belum perlu, kalau ada yang positif, baru," kata dia.
Untuk mengantisipasi penularan difteri, ia menghimbau seluruh warga untuk melaksanakan imunisasi difteri sesuai yang dianjurkan pemerintah.
"Imunisasi betul-betul harus dilaksanakan pada bayi maupun lanjutan, karena ada booster sampai 3 tahun. Saat pra sekolah harus betul-betul," kata Tjetjep.
Ditanya mengenai pengobatan tiga orang terduga difteri, Kepala Dinas memastikan semua biaya ditanggung pemerintah.
Pewarta: Yuniati Jannatun Naim
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017