"Pasien itu dibawa ke RSUP dr Kariadi pada Selasa (12/12) malam dan langsung ditangani di Ruang Isolasi IGD," kata dokter spesialis anak RSUP dr Kariadi Semarang Dokter Hapsari Sp.A (K) di Semarang, Rabu.
Ia menjelaskan pasien berjenis kelamin laki-laki itu dirujuk dari Rumah Sakit Islam (RSI) Kendal dengan keadaan yang sudah komplikasi, seperti sesak nafas berat, pembesaran kelenjar, dan diduga komplikasi jantung.
Berbagai langkah penanganan sudah dilakukan, kata dia, termasuk memberikan antidifteri serum (ADS) dan merencanakan trakeostomi karena selaput membran di tenggorokan sudah menutup saluran pernafasan.
Trakeostomi adalah prosedur bedah yang dilakukan dengan membuat lubang di saluran udara atau trakea untuk memasukkan tabung yang dapat membantu pasien yang kesulitan bernapas dan mengalami penurunan kadar oksigen yang signifikan atau kegagalan sistem pernafasan.
"Namun, pasien tersebut meninggal dunia tadi (Rabu, 13/12) pagi pukul 02.00 WIB. Namun, kami tidak bisa menyalahkan pihak keluarga karena ada kemungkinan soal ketidaktahuan mengenai gejala difteri," katanya.
Dari keterangan yang diperoleh, Hapsari mengatakan bocah tersebut sudah 5-6 hari mengalami demam yang tidak tinggi, nyeri telan, ngorok, dan kemudian dibawa ke RSI Kendal sebelum dirujuk ke RSUP dr Kariadi Semarang.
"Sudah 5-6 hari. Demam tidak tinggi, nyeri telan, ngorok, kemudian dibawa ke RSI Kendal. Kemungkinan, karena ketidaktahuan mengenai gejala-gejala difteri. Ini (pasien, red.) meninggalnya karena sumbatan pernafasan," katanya.
Selain satu pasien difteri yang meninggal dunia itu, ia menyebutkan masih ada dua pasien difteri yang dirawat di Ruang Isolasi RSUP dr Kariadi Semarang, yakni satu pasien dari Batang dan satu pasien dari Demak.
"Dua hari lalu, ada rujukan dua pasien. Pertama dari RSI Kendal tetapi domisili di Kabupaten Batang, perempuan berusia enam tahun dua bulan, kemudian laki-laki berusia 15 tahun rujukan dari Demak," katanya.
Meski demikian, kata dia, dua pasien tersebut masih tergolong difteri ringan sehingga bisa tertolong dengan prosedur penanganan di ruang isolasi dan sekarang ini menjalani perawatan di Ruang Isolasi Bangsal Anak RSUP dr Kariadi Semarang.
"Keduanya sudah difteri. Yang (pasien, red.) perempuan kriteria difterinya di tonsil, amandel, sementara yang laki-laki di faring, tenggorokan. Tergolong difteri ringan. Mereka masih dirawat dan dalam kondisi baik," katanya.
Begitu mendapatkan rujukan dua pasien difteri itu pada Senin (11/12), pihaknya langsung menghubungi Dinas Kesehatan Kota Semarang untuk mendapatkan antibiotik yang tidak dijual bebas untuk penanganan terhadap kedua pasien itu.
"Tinggal memberikan antibiotik selama 10 hari. Pencarian kuman difteri dilakukan dua kali, baru boleh keluar dari ruang isolasi. Yang perempuan sudah menjalankan vaksinasi lengkap sehingga bisa segera diobati," katanya.
Sementara untuk pasien laki-laki asal Demak masih ada vaksinasi yang terlewat, kata Hapsari, sekaligus mengimbau keluarga atau kawan yang sering berkomunikasi dengan pasien meminta antibiotik agar tidak tertular.
Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2017