Petugas kesehatan di Bangladesh mengatakan mereka tidak menyadari bahwa penyakit yang disebabkan oleh bakteri itu mewabah di kamp pengungsi Rohingya di Bangladesh Selatan.
Lebih dari 646.000 pengungsi Rohingya tinggal di kamp-kamp ini, setelah melarikan diri dari kekerasan di Myanmar dalam beberapa bulan terakhir.
"Sejauh ini, sembilan orang meninggal dunia dalam dugaan wabah difteri," kata Meerzady Sabrina Flora, kepala Lembaga Epidemiologi, Pengendalian Penyakit dan Penelitian (IEDCR) Bangladesh.
Dinas layanan kesehatan Bangladesh mengatakan bahwa dari 700 pengungsi yang terjangkit, 104 di antaranya, sebagian besar anak-anak, tertular penyakit itu dalam 24 jam terakhir.
Otoritas sudah menyiapkan dua unit isolasi di kamp pengungsi yang penuh sesak itu, tempat banyak orang tidak mendapatkan tempat tinggal dan makanan yang layak dan hanya ada sedikit akses untuk menerima layanan medis.
Difteri adalah penyakit pernapasan sangat menular yang bisa berakibat fatal jika tidak diobati, namun semakin langka dalam beberapa dekade terakhir karena tingginya tingkat vaksinasi.
Pihak berwenang Bangladesh mengatakan bahwa mereka telah mengantisipasi berbagai wabah penyakit lain di kamp-kamp tersebut, namun bukan difteri, yang sudah diberantas di Bangladesh, demikian AFP.
Penerjemah: Monalisa
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2017