Bogor (ANTARA News) - Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan memastikan proyeksi pertumbuhan ekonomi pada 2018 sebesar 5,4 persen masih dapat tercapai asalkan tidak terjadi pergolakan geopolitik yang terlalu masif.

"Pertumbuhan 5,4 persen adalah angka yang achievable melihat perkembangan saat ini, dengan asumsi tidak terjadi geopolitik yang sangat frontal dan masif," kata Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Adriyanto dalam pemaparan di Bogor, Jawa Barat, Selasa.

Adriyanto menjelaskan kondisi ekonomi pada 2018 bisa dipengaruhi oleh kinerja ekspor yang membaik selama 2017 dan tidak begitu terganggu oleh isu proteksionisme yang sempat berhembus pada awal Presiden AS Donald Trump menjabat.

Meski demikian, isu proteksionisme harus tetap diantisipasi karena masih menjadi bahasan utama perdagangan internasional dan memengaruhi perdagangan China, yang saat ini merupakan salah satu mitra dagang utama Indonesia.

"Kalau terjadi sesuatu di AS, perdagangan perlu diperhatikan, terutama perdagangan antara AS dengan China. Dampaknya ke Indonesia memang tidak terasa langsung, tapi China adalah partner utama kita dalam perdagangan," ujarnya.

Selain itu, kontribusi pertumbuhan ekonomi pada 2018 bisa berasal dari sektor investasi yang tercatat mulai tumbuh di 2017 dan terus memberikan dampak seiring dengan membaiknya persepsi investor terhadap kondisi ekonomi Indonesia.

Beberapa sumber investasi tersebut antara lain belanja modal BUMN serta investasi di pasar modal dan non perbankan lainnya seperti dari penerbitan obligasi ritel yang bisa memperkuat struktur pasar keuangan dan meningkatkan investasi dalam negeri.

"Kita juga harapkan penerbitan paket kebijakan hingga 16 jilid untuk perizinan bisa ikut mendorong investasi tumbuh pada 2018," tambah Adriyanto.

Namun, hal terpenting lainnya yang bisa dilakukan pemerintah adalah dengan terus menjaga keyakinan investor terhadap kondisi ekonomi domestik melalui perbaikan fundamental ekonomi agar tidak goyah dalam menghadapi tekanan global.

"Pemerintah bisa terus menjaga keyakinan bahwa reformasi yang dilakukan bisa menjadi modal sehingga kondisi pasar keuangan bisa semakin baik dan memberikan kepercayaan untuk mendorong investasi yang sifatnya tidak konvensional lebih luas," ujar Adriyanto.

Secara keseluruhan, proyeksi pertumbuhan 5,4 persen ini dipengaruhi oleh kondisi pertumbuhan ekonomi pada 2017 yang diperkirakan mencapai 5,1 persen-5,2 persen, meski hingga triwulan III-2017, ekonomi Indonesia baru tercatat tumbuh akumulatif 5,03 persen.

Pewarta: Satyagraha
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2017