"Kita sebagai warga internasional harus menghargai ketentuan peraturan internasional seperti resolusi-resolusi PBB," kata Ketua Prakarsa Persahabatan Indonesia-Palestina (PPIP) Din Syamsuddin pada acara Pertemuan Solidaritas Palestina di Jakarta, Senin.
Pertemuan Solidaritas Palestina itu sendiri dihadiri Ambassador Designated of the State of Palestine Zuhair Alshun, Ketua Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (Matakin) Liem Liliany Lontoh, Romo Franz Magnis Suseno, KH Abdullah Djaidi (Majelis Ulama Indonesia), Sekretaris Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) Pendeta Gomar Gultom, dan tokoh-tokoh agama, masyarakat serta akademisi lainnya.
Menurut dia, Trump sejatinya sedang menggali kuburnya sendiri dengan tindakannya yang kontroversial terkait Yerusalem. Keputusan Trump itu sendiri memicu banyak penolakan baik di internal AS dan masyarakat dunia termasuk dari negara-negara sekutu Negeri Paman Sam.
Trump, kata dia, saat ini justru memicu kerentanan terhadap nasib AS di tengah masyarakat dunia. Klaim sepihak pengganti mantan Presiden Barack Obama itu justru sangat merugikan AS sendiri.
Pernyataan Trump atas Al Quds itu, kata dia, akan memicu protes keras dari masyarakat dunia, bahkan dapat memancing terjadi tindakan radikalisme.
Trump, kata dia, juga mengangkangi Perserikatan Bangsa-bangsa karena terus melakukan pelanggaran terhadap kesepakatan internasional soal Yerusalem. Pengakuan Yerusalem sebagai ibu kota Israel atau Palestina sendiri harus melalui kesepakatan damai internasional yang melibatkan banyak pihak, bukan seperti dilakukan Trump.
Din mengatakan penolakan atas pernyataan Trump itu tidak hanya ditolak oleh kalangan muslim saja tetapi oleh elemen masyarakat lintas latar belakang.
"Kita semua berada di belakang perjuangan rakyat Palestina untuk menentukan nasibnya sendiri, apalagi bagi umat Islam, Yerusalem adalah kota suci," kata dia pula.
Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017