"Stoknya sudah habis. Jadi ada lima pasien belum kita berikan ADS. Kita sudah mengajukan kepada pihak provinsi," kata Direktur RSUD Karawang Asep Hidayat Lukman, di Karawang, Senin.
Ia mengaku mengajukan ke pihak provinsi karena untuk lima pasien penderita difteri, dibutuhkan 20 ADS yang harganya bisa mencapai Rp30 juta-Rp40 juta.
Untuk memudahkan pihak rumah sakit mendapatkan serum anti difteri, Asep menyarankan agar Dinas Kesehatan setempat segera menetapkan wabah difteri sebagai kejadian luar biasa (KLB).
"Kalau sudah KLB, bisa ada jaminan untuk pelayanan kesehatan dan obat-obatan mereka. KLB ini perlu dinyatakan dinas (kesehatan) yang ditandatangani oleh bupati," kata dia.
Sementara itu, selama tiga bulan terakhir ini RSUD Karawang sudah menangani 14 pasien penderita difteri. Dari 14 pasien itu, sembilan orang sudah diperbolehkan pulang. Pada Desember ini, ada lima pasien baru.
Dalam menangani penderita difteri, RSUD Karawang juga mengalami kekurangan ruang isolasi untuk memenuhi standar operasional pencegahan infeksi penanganan difteri.
"Solusinya, terpaksa kita merubah satu ruangan menjadi ruang isolasi. Pencegahan infeksi jangan sampai ada keluarga yang juga menjenguk, tidak boleh dicampurkan pasien dengan pasien lain," katanya.
Pewarta: M.Ali Khumaini
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017