Islamabad (ANTARA News) - Pakistan hari Selasa memanggil dutabesar Inggris dan memberitahu dia bahwa penghargaan keksatriaan untuk pengarang Salman Rushdie tidak peka dan berlawanan dengan usaha membina pengertian di antara agama.
Rushdie, yang novel "Ayat Setan"-nya menggusarkan banyak orang Muslim di seluruh dunia, dihadiahi penghargaan keksatriaan atas jasanya dalam kesusasteraan pada hari ulang tahun ratu Elizabeth seperti terdapat dalam daftar terbitan Sabtu.
Parlemen Pakistan hari Senin menyetujui resolusi mencela keksatriaan itu dan menteri urusan agama menyatakan kehormatan itu bisa digunakan untuk membenarkan pemboman jibaku.
Ia kemudian mengatakan bahwa ia tidak menyatakan serangan seperti itu dapat dibenarkan.
Inggris menyatakan prihatin atas tanggapan menteri itu dan tidak ada yang bisa membenarkan peledakan jibaku.
Warga Pakistan hari Selasa melancarkan unjukrasa di beberapa kota meneriakkan "Mampuslah Rushdie" dan membakar patung pengarang Inggris kelahiran India itu.
Wanita jurubicara Kementerian Luar Negeri Tasnim Aslam menyatakan Komisaris Tinggi Inggris Robert Brinkley dipanggil.
"Dia diberitahu bahwa Salman Rushdie merupakan sosok bermasalah, yang kurang dikenal sumbangan sasteranya dan lebih diketahui tulisan menghina dan menyerangnya, yang secara mendalam menyakiti perasaan Muslim di seluruh dunia," katanya.
"Penganugerahan keksatriaan bagi Salman Rushdie menunjukkan kekurangan akan kehalusan perasaan pada sebagian pemerintah British," katanya.
Buku Rushdie memicu unjukrasa, sejumlah di antaranya keras, oleh Muslim di banyak negara sesudah diterbitkan pada 1988.
Kalangan Muslim menyatakan novel itu menghujat nabi Muhammad dan mengejek Alquran dan peristiwa dalam sejarah awal Muslim.
Pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ruhollah Khomeini, mengeluarkan fatwa mati bagi Rushdie pada 1989, memaksanya bersembunyi sembilan tahun.
Brinkley hari Senin menyatakan keksatriaan Rushdie mencerminkan sumbangannya bagi kesusasteraan dan tidak dimaksudkan sebagai penghinaan atas Islam atau nabi Muhammad.
Islam adalah agama kedua terbesar di Inggris dan dipandang dengan derajat rasa hormat paling tinggi, katanya.
Aslam menyatakan keksatriaan itu dibenci semua Muslim.
"Komisaris Tinggi Inggris lebih jauh menyatakan Pakistan mencela dan menyesalkan keputusan itu, yang bertentangan dengan tujuan bersama kami untuk membangun pengertian dan keselarasan antar-peradaban dan antar-agama," katanya.
Menteri urusan Agama Mohammad Ejaz-ul-Haq menyatakan tanggapannya hari Senin, bahwa keksatriaan bisa dipakai membenarkan pemboman jibaku, tidak untuk menghasutkan kekerasan.
Tapi, ia menyatakan adalah nyata bahwa kehormatan itu bisa memberi dalih pada pembom jibaku dan menambahkan bahwa keksatriaan harus dicabut dan Inggris meminta maaf kepada semua Muslim.
"Itu yang mengobarkan kebencian, yang menciptakan hasutan dan yang menyebarkan kekerasan," kata Haq dalam temu pers, "Langkah itu mengobarkan api kebencian."
Haq adalah putera mendiang Presiden Mohammad Zia-ul-Haq, yang kebijakan Islam-nya pada 1980-an sering disalahkan karena menyebarkan bibit kekerasan.
Jurubicara Kementerian Luar Negeri Inggris menyatakan tanggapan Haq memicu keprihatinan.
"Komisaris tinggi itu menjelaskan keprihatinan mendalam pemerintah Inggris atas yang menteri urusan agama itu katakan seperti dilaporkan," kata jurubicara Inggris di London.
Partai Islam menyeru unjukrasa di seluruh negeri pada hari Jumat.
Sementara itu, dari Teheran, Iran, dikabarkan Reuters bahwa Ratu Inggris Elizabeth II dituduh menyakiti perasaan Muslim di seluruh dunia dengan memberi gelar ksatria kepada Rushdie.
Wakil ketua parlemen Iran Mohammad-Reza Bahonar pada sidang lembaga itu hari Selasa mengatakan, "Tindakan ratu Inggris itu kembali menyakiti perasaan semua Muslim. Pertanyaannya ialah apa yang ingin dicapai kerajaan di Inggris dengan memanas-manasi lebih dari satu setengah miliar Muslim di dunia." (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007