Ramallah (ANTARA News) - Komite Pusat Partai Fatah kubu Presiden Mahmoud Abbas mengumumkan, Selasa, mereka memutuskan seluruh hubungan dengan gerakan Hamas, setelah pengambilalihan Jalur Gaza oleh kelompok garis keras Palestina tersebut dalam pertempuran sengit lima hari pekan lalu. Keputusan Komite Pusat itu, yang menetapkan "tidak mengadakan dialog, pertemuan dan kontak dengan Hamas", semakin memperkokoh perceraian politik antara kedua kelompok tersebut, yang membentuk sebuah pemerintah persatuan nasional sampai akhir pekan lalu. Abbas membubarkan pemerintah itu pekan lalu dan membentuk sebuah pemerintah darurat yang dipimpin Salam Fayyad, seorang ekonom yang dihormati di kalangan masyarakat internasional. Minggu, presiden Palestina tersebut mengeluarkan sebuah dekrit yang melarang sayap militer Hamas, Brigade al-Qassam. Pengambilalihan Jalur Gaza oleh hamas itu telah menciptakan dua kesatuan politik yang terpisah di wilayah Palestina --satu di Jalur Gaza yang dikuasai Hamas dan satu lagi di Tepi Barat yang merupakan pusat pemerintahan Fayyad. Jurubicara presiden Palestina Nabil Abu Rudeineh mengatakan kepada wartawan di Ramallah, Fatah hanya akan memulai lagi perundingan dengan Hamas jika kelompok tersebut menarik diri dari seluruh pos keamanan yang terkait dengan Fatah yang diduduki oleh anggota-anggota Hamas dalam pertempuran lima hari di Jalur Gaza pekan lalu. Menurut Komite Internasional Palang Merah (ICRC), sedikitnya 116 orang tewas dan lebih dari 550 orang cedera dalam pertempuran sepekan itu. Pemerintah koalisi, yang mulai bertugas pada Maret setelah perjanjian pembagian kekuasaan yang ditengahi Arab Saudi, dibentuk dengan harapan bisa mengakhiri pertikaian mematikan antara orang-orang Fatah dan Hamas yang telah berlangsung berbulan-bulan. Hamas mencapai kemenangan besar dalam pemilihan umum parlemen pada Januari 2006. Sementara itu, keadaan tegang terus berlangsung Selasa di daerah penyeberangan Erez di perbatasan dengan Israel. Sekitar 200 orang Palestina, banyak diantaranya anggota Fatah dan istri serta anak mereka, menunggu izin selama berhari-hari di daerah perbatasan utara Jalur Gaza itu untuk memasuki Israel dan menyelamatkan diri ke Tepi Barat. Senin malam, sedikitnya satu orang Palestina bersenjata menyerang daerah perlintasan itu, menyulut tembak-menembak dengan pasukan Israel yang menjaganya yang menewaskan seorang warga sipil Palestina dan mencederai 17 lain, demikian laporan DPA.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007