Jakarta (ANTARA News) - Senin pagi ini, lini massa media sosial dihebohkan dengan tanda pagar #radioguemati, radio swasta berhenti siaran selama lima belas menit sejak pukul 07.45.
Radio swasta ibu kota serentak “dead air” atau kosong, tidak ada suara penyiar maupun lagu, hanya suara gelombang frekuensi yang terdengar.
Tepat pukul 08.00, siaran kembali mengudara dan terdengar suara Presiden Joko Widodo yang mengaku dirinya seorang pendengar radio.
Ketua Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia (PRSSNI) DKI Jakarta, M. Rafiq, mengaku ide kampanye ini berawal dari aktivitas masyarakat mendengarkan radio di sela-sela kegiatan mereka.
“Terkadang kita tidak menyadari bahwa radio masih menemani kita beraktivitas sampai radionya mati,” kata Rafiq dalam pesan singkat kepada ANTARA News.
Perlu diketahui, pukul 07.45 masih menjadi “prime time” radio, banyak yang mendengarkan siaran radio saat jam berangkat kantor, terutama mereka yang menggunakan mobil pribadi.
Umumnya, mereka mendengarkan informasi lalu lintas, berita terkini atau menghibur diri mendengarkan lagu-lagu yang diputar.
Temuan dalam riset Nielsen Radio Audience Measurement tahun 2016 menyatakan radio memiliki 20 juta orang konsumen di 11 kota besar Indonesia, mereka mendengarkan siaran radio rata-rata 139 menit (2 jam 19 menit) per hari.
Di tengah gempuran media online, lembaga tersebut mencatat pada kuartal ketiga 2016, waktu mendengarkan radio per minggu tumbuh sejak beberapa tahun belakangan.
Pada 2014, konsumen mendengarkan radio selama 16 jam per minggu, angkanya naik menjadi 16 jam 14 menit pada 2015.
Pada 2016, pendengar menghabiskan waktu 16 jam 18 menit per minggu untuk mendengarkan siaran radio.
Selama 15 menit radio mati, warganet mengumumkan sekaligus bertanya di media massa. Beberapa mengira perangkat radio mereka rusak karena hanya terdengar bunyi gelombang frekuensi saat mereka pindah ke saluran lain.
Yang lainnya memilih bertanya ke akun media sosial stasiun radio kesukaan mereka.
Akun Twitter dan Instagram Presiden Joko Widodo tidak luput dari pertanyaan warganet, setelah presiden mengunggah foto tentang radio tak lama setelah #radioguemati.
“Respons dari pendengar akhirnya menjadi bukti buat industri radio untuk bilang bahwa radio masih ‘ada’,” kata Rafiq.
Data Nielsen menyebutkan lebih dari setengah pendengar radio adalah muda berusia 10-19 tahun (19 persen) dan 20-34 tahun (38 persen). Generasi X, usia 35-49 tahun menyumbang 28 persen.
Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2017