Probolinggo (ANTARA News) - Penyusutan garam di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur mencapai puluhan ton akibat banjir pasang air laut (rob) yang menerjang kawasan pesisir utara wilayah setempat pada awal Desember 2017.
"Banjir rob yang terjadi di pesisir utara Kabupaten Probolinggo berdampak buruk bagi petani garam di Kota Kraksaan," kata Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Probolinggo Dedy Isfandi di Probolinggo, Senin.
Menurutnya air laut yang masuk hingga ke gudang penyimpanan garam milik petani membuat persediaan garam berkurang dan tercatat penyusutan garam di dua desa mencapai 21 ton yang dihimpun dari petugas penyuluh lapangan (PPL) Dinas Perikanan di Kota Kraksaan pascarob.
"Berdasarkan catatan petugas di lapangan, gudang penyimpanan garam yang paling terdampak banjir pasang air laut ada di Desa Kebonagung yang menyusut sebanyak 15 ton dan Desa Sidopekso penyusutannya sebanyak 6 ton," tuturnya.
Ia mengatakan dua desa itu terdampak cukup parah setelah jebolnya tanggul di sisi timur dan barat wilayah pertambakan garam antara Desa Sidopekso dan Kalibuntu, namun di Desa Kalibuntu sendiri, walaupun air laut masuk ke gudang, tetapi tidak terjadi penyusutan signifikan.
"Saat banjir rob perdana, petani garam Desa Kalibuntu lebih cepat mengevakuasi garamnya dari gudang ke tempat yang lebih tinggi, sehingga penyusutan garam akibat gerusan air tidak terlalu banyak," ujarnya.
Untuk antisipasi terjadinya rob lagi di masa yang akan datang, lanjut dia, ia mengimbau agar petani meninggikan gudang penyimpanan garam, sehingga ketika air meninggi, gudang penyimpanan garam tetap aman.
Sementara petani memiliki hitungan berbeda terkait penyusutan garam tersebut, seperti yang disampaikan petani garam Desa Kalibuntu Mursyid yang mengatakan rembesan air laut membuat garam di gudang miliknya menyusut antara 30-50 persen.
"Kapasitas gudang saya masing-masing 15 dan 30 ton. Dengan penyusutan itu, saya juga rugi lumayan banyak," katanya.
Ia mengatakan penyusutan garam akibat banjir pasang air laut itu merugikan petani dan harga jual garam krosok tingkat petani mencapai Rp2.500 per kilogram, maka potensi kerugian petani mencapai puluhan juta rupiah.
Pewarta: Zumrotun Solichah
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2017