Tujuan wisata di Tanah Air kini semakin beragam dan tersebar di berbagai daerah sehingga banyak memberi pilihan kepada warga atau wisatawan dari dalam maupun luar negeri dalam merencanakan perjalanannya.

Salah satu wisata yang telah dikenal masyarakat adalah wisata religi. Para ahli menggariskan bahwa wisata religi adalah wisata yang lebih diperuntukan bagi pemenuhan kebutuhan batin atau rohani manusia. Wisata religi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan rohani dan memperkuat iman dengan mendatangi tempat atau tujuan yang memiliki nilai religis.

Namun selama ini kalau berbicara mengenai wisata religi, sebagian orang akan memiliki pemahaman bahwa wisata itu adalah kunjungan ke makam-makam tertentu. Misalnya, makam Wali Songo atau makam tokoh tertentu.

Pemahaman seperti itu bisa dikatakan tidak salah karena salah tujuan objek wisata religi adalah makam tokoh agama yang dianggap mampu memenuhi kebutuhan rohani. Kunjungan ke lokasi-lokasi yang dianggap sebagai tempat terpenuhinya kebutuhan batin telah lama dikenal dan dilakukan masyarakat.

Selain dilakukan sendiri atau dengan keluarga dan kerabat, wisatawan religi juga bisa dilihat dari adanya rombongan yang menggunakan bus. Hal ini sering dilakukan komunitas-komunitas di masyarakat yang berangkat bareng menuju objek wisata religi dengan menyewa (carter) bus.

Namun objek wisata religi akhir-akhir mulai beragam dengan dibangunnya tempat-tempat wisata yang dianggap memenuhi kebutuhan batin. Misalnya, hadirnya Bayt Al Quran Al Akbar yang semakin mendapat perhatian dari masyarakat, khususnya Muslim untuk mengunjunginya.

Tujuan wisata religi Bayt Al Quran Al Akbar berada di Pondok Pesantren IGM Al Ihsaniyah di Jalan M Amin Fauzi, Soak Bujang, Kecamatan Gandus, Palembang, Sumatera Selatan. Meski lokasinya berada di kawasan yang agak ke pinggir Kota Palembang, namun ribuan wisatawan setiap akhir pekan mengunjunginya.

Data dari pemandu wisata religi tersebut bernama Idris Palupi, untuk hari-hari biasa jumlah pengunjung hanya ratusan, berkisar 700-800 orang. Namun akhir pekan atau hari-hari libur dan hari besar nasional mencapai ribuan orang dari berbagai daerah, bahkan luar negeri.

Sehari-hari pengunjung datang-pergi untuk melihat dan mengamati secara detail ayat-ayat Al Quran dalam ukiran kayu bermotif kaligrafi. Kalau akhir pekan umumnya rombongan komunitas dan keluarga. Orang tua beserta anak dan tak jarang bersama kakek-neneknya.

Sedangkan untuk hari-hari biasa umumnya selain komunitas juga rombongan pelajar dan mahasiswa serta santri dari pondok pesantren. Selain mengamati dan mencermati detail-detail ukiran ayat Al Quran ukuran raksasa, pengunjung juga selalu berswafoto dengan latar belakang ukiran kaligrafi ayat-ayat suci umat Islam dalam ukuran besar itu.

Selama musim Idul Fitri 1438 Hijriyah secara akumulasi, jumlah pengunjung mencapai 30 ribu orang, sedangkan pengunjung pada 1 Januari 2017 mencapai 15 ribu orang. Dengan jumlah itu tergolong padat sekali.

Mengingat animo masyarakat mendatangi objek wisata itu yang terus meningkat, pengelola terus-menerus melakukan pembenahan agar tata letak pajangan kaligrafi semakin baik dan pengunjung lebih nyaman. Tujuan wisata itu berada di atas lahan sekitar 5.000 meter persegi yang digunakan untuk memajang kaligrafi ayat-ayat Al Quran.

Nantinya penempatan kaligrafi itu akan ditata lebih baik lagi. Sebanyak 15 juz ditempatkan di lokasi yang ada saat ini, sedangkan 15 juz lainnya akan ditempatkan di gedung berlantai lima yang sedang dalam proses pembangunan. Pembangunan gedung lima lantai itu dibiayai dari infak setiap pengunjung dan sumbangan sukarela dari donatur atau dermawan.

Kaligrafi ayat-ayat Al Quran itu diukir di kayu berkualitas dengan warna keemasan. Masyarakat Sumatera Selatan menyebutnya ukiran itu terbuat dari kayu tembesu, masyarakat Jawa menyebut kayu trembesi. Sedangkan masyarakat Kalimantan menyebutnya kayu ulin.

Untuk membuat ukiran kaligrafi sebanyak 30 juz dibutuhkan sekitar 316 keping kayu tembesu. Setiap keping seberat sekitar 50 kilogram. Satu ukuran kaligrafi setebal 2,5 sentimeter (cm), lebar sekitar 144 cm dan tinggi 177 cm.

Jumlah yang digunakan untuk menyelesaikan semua kaligrafi itu sebanyak sekitar 50 kubik kayu tembesu dari berbagai wilayah di Sumatera Selatan.

Kendala dana dan bahan mengiringi pembuatan kaligrafi besar ini. Kendala daerah muncul karena harga kayu tembesu melejit dari Rp2 juta per kubik (m3) menjadi Rp7 juta per kubik. Akibatnya target tiga tahun dapat diselesaikan tertunda hingga tujuh tahun dengan biaya sekitar Rp1,2 miliar.

Sebanyak 35 tenaga kerja terlibat dalam pembuatan ukiran kaligrafi ini. Lima orang di antaranya sebagai pengukir dan lainnya sebagai tenaga untuk menangani tugas lain, seperti pemotongan.

Pekerja juga berbagi tugas. Ada yang mengukir, mengukur dan membelah kayu serta menuliskan ayat-ayat Al Quran di kertas karton. Setelah ditulis di kertas karton kemudian dijiplak ke kertas minyak, selanjutnya dikoreksi oleh tim ahli sebelum diserahkan kepada pengukir.

Seniman

Gagasan pembuatan Al Quran terbesar di dunia ini tercetus pada tahun 2002, setelah seniman kaligrafi Sofwatilah Mohzaib--kini anggota DPR RI--merampungkan pemasangan kaligrafi pintu Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin II, Palembang, Sumatera Selatan.

Dari sana terpikir untuk membuat Mushaf Al Quran dengan ukiran khas Palembang. Kemudian berhasil diukir ayat Al Quran raksasa yang terbuat dari kayu dan menjadi mushaf yang terbesar di dunia.

Al Quran Al Akbar mulai dikerjakan sejak tahun 2002 dan baru selesai pada 2009. Apabila semula letaknya di Masjid Agung Palembang, maka pada 2011 dipindah ke Gandus berdampingan dengan Pondok Pesantren IGM Al Insaniyah.

Pada akhir 2011, Al Quran ini dinilai layak untuk dipublikasikan. Pada Senin, 30 Januari 2012, Presiden RI saat itu Susilo Bambang Yudhoyono bersama seluruh delegasi Konferensi Parlemen Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) meresmikan Al Quran terbesar yang dicetak di atas lembaran kayu tembesu.

Untuk membuat seluruh ayat Al Quran dibutuhkan dana yang tidak sedikit. Untuk membiayainya, mantan Ketua DPR RI Marzuki Alie saat menjabat direktur PT Semen Baturaja selain menjadi salah satu donatur juga mengajak berbagai pihak untuk menjadi donatur.

Mantan Ketua MPR Taufiq Kiemas menjadi donatur yang kemudian diikuti para donatur lainnya.

Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono juga menjadi donatur ketika masih menjadi Menko Polkam. Dengan banyak donatur yang membantu, gagasan membuat kaligrafi Al Quran terbesar dalam bentuk ukiran kayu akhirnya terwujud dan hingga kini menjadi tujuan wisata religi yang banyak dikunjungi wisatawan.

Beragam

Dari data kunjungan orang yang ada menunjukkan bahwa keberadaan Bayt Al Quran Al Akbar ini telah menjadi tujuan wisata baru di Sumatera Selatan. Hadirnya tujuan wisata ini juga mampu mengubah atau menambah pemahaman warga bahwa wisata religi tak hanya mengunjungi makam-makam tertentu, namun juga tempat seperti di Soak Bujang ini.

Hadirnya destinasi wisata religi ini melengkapi dan menambah beragam objek wisata di Kota Palembang dan Sumatera Selatan. Selama ini di wilayah yang menjadi pusat Kerajaan Sriwijaya ini lebih dikenal dengan Jembatan Ampera di Sungai Musi dan banyak dikunjungi masyarakat.

Hadirnya objek wisata baru seperti Bayt Al Quran ini menambah referensi bagi pengunjung di Kota Palembang, untuk mengunjungi objek wisata yang diinginkan. Begitu juga pemerintah bisa menawarkannya kepada masyarakat luas melalui beragam media sosialisasi atau promosi. Pengelolanya pun sedang melakukan perluasan dengan membangun gedung baru yang lebih nyaman dan representatif.

Apalagi Kota Palembang akan menjadi lokasi penyelenggaraan Asian Games 2018 bersama Jakarta sehingga beragam potensi wisata perlu semakin dipromosikan. Promosi dan penataan lokasi perlu dilakukan tampaknya mengingat tempatnya yang berada agak di pinggir Kota Palembang sehingga macet dan butuh waktu lebih lama untuk menjangkaunya.

Bagi pengelolanya, penataan parkir dan gerai "oleh-oleh" serta SDM yang berkualitas juga perlu dilakukan mengingat potensi pengunjung saat Asian Games berasal dari berbagai daerah dan negara. Selain kontingen dari negara-negara Muslim di Asia, potensi pengunjung di destinasi wisata ini berasal dari seluruh Indonesia, yaitu penonton pertandingan langsung yang ingin berwisata. Selain itu juga wisatawan yang berkunjung ke Palembang saat pelaksanaan Asian Games.

Bukan hanya itu, kontingen dan wisatawan dari negara-negara yang mayoritas penduduknya Muslim juga berpeluang mengunjungi destinasi wisata ini untuk mengisi waktu atau menambah pengetahuan. Hal itu sah-sah saja karena yang namanya tujuan wisata religi, seperti Bayt Al Quran Al Akbar, juga terbuka untuk umum, tidak harus Muslim.

Pewarta: Sri Muryono
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2017