Jakarta (ANTARA News) - Bersedia... Siap.. "Dor", bunyi letusan pistol pun menembus sorak-sorai para penonton di stadion seluas 10 ribu meter persegi itu tatkala delapan pelari dari daerah melesat dari garis start.
Tergopoh-gopoh, pelari-pelari itu pembawa tongkat estafet itu berusaha meraihkan bawaan mereka ke rekan yang telah menanti di depannya.
Semakin dekat garis finis oleh para pelari, semakin riuh pula teriakan penonton yang duduk di tribun barat hingga muncul tim juara nomor lari estafet 4x100 meter putri Kejuaraan Nasional Atletik 2017 di Stadion Rawamangun, Jakarta Timur.
Sebagaimana nomor lomba lari estafet, prestasi cabang atletik kontingen Merah-Putih pun sewajarnya bergulir dari satu generasi ke generasi berikutnya, termasuk dalam kejuaraan multi-cabang olahraga tertinggi di Asia yaitu Asian Games.
Atletik Indonesia mencatatkan prestasi istimewa pada penyelenggaraan Asian Games 1962 yang berlangsung di Jakarta. Kala itu, Mohammad Sarengat menyumbang dua medali emas pada nomor bergengsi yaitu lari 100 meter putra dan lari gawang 110 meter putra.
Pada kejuaraan yang sama, Sarengat juga menambah perolehan medali tuan rumah dengan merebut posisi ketiga pada lari 200 meter putra. Sedangkan atlet-atlet atletik lain seperti Gurnam Singh, Awang Papilaja, Soeatini, dan tim estafet putri turut menyumbang medali perunggu pada Asian Games 1962.
Atletik Indonesia merebut kejayaannya pada periode 1960 hingga 1970 meskipun pada Asian Games pertama 1951 telah menampilkan prestasinya dengan meraih lima medali perunggu.
Namun, prestasi atletik Indonesia menyurut setelah Asian Games ke-6 di Bangkok, Thailand, pada 1970.
Lantas, pada Asian Games ke-13 di kota dan negara yang sama pada 1998, Supriato Sutono mencetak kejutan dengan merebut medali emas pada nomor lari 5.000 meter.
Selepasnya, Indonesia kembali tanpa medali pada cabang atletik Asian Games. Enam belas tahun berlalu dari penyelenggaraan Asian Games di Bangkok, Maria Natalia Londa sukses menyabet medali emas pada nomor lompat jauh putri pada Asian Games 2014 di Incheon Korea Selatan.
Tongkat estafet prestasi cabang atletik Indonesia dalam Asian Games itu seakan menampilkan garis putus-putus dengan letupan kejutan medali emas pada 1998 dan 2014.
Kini, 56 tahun sejak Jakarta menyambut tamu-tamu negara Asia pada 1962, Indonesia kembali akan menjadi penyelenggara Asian Games ke-18 pada 2018.
Pengurus Besar Persatuan Atletik Indonesia (PB PASI) telah menyiapkan sejumlah atlet andalannya pada nomor-nomor unggulan pascmeraih lima medali emas, tujuh medali perak, dan tiga medali perunggu pada SEA Games 2017 di Malaysia.
Walau tanpa target saat berlomba dengan negara-negara adidaya di Asia seperti China, Jepang, maupun India, tim atletik Tanah Air akan tetap mencoba dan berusaha meraih presatasi terbaik mereka sebagaimana amanat Ketua Umum PB PASI Mohammad Hasan.
Mantan Menteri Perdagangan dan Perindustrian itu mengatakan Indonesia bukan hanya bersaing dengan bangsa-bangsa Asia dalam Asian Games melainkan juga bangsa Eropa dan bahkan Afrika.
Negara-negara pecahan Uni Soviet seperti Kazakhstan, Kyrgistan, Turkmenistan, Tajikistan itu sebelumnya Eropa. Sedangkan negara-negara Timur Tengah yang kaya, mereka seringkali mengangkat atlet-atlet Afrika jadi atlet negara mereka, kata pria yang akrab disapa Bob Hasan itu.
Daftar Pelatnas
Optimisme yang sama juga muncul dari Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PB PASI Taufik Yudi setelah memantau perkembangan prestasi atlet-atlet pelatnas atletik sebelum dan setelah SEA Games ke-29.
PASI telah menyiapkan program pembinaan untuk periode Januari 2018 hingga penyelenggaraan Asian Games pada Agustus 2018 seperti pemusatan pelatihan, pengiriman atlet dalam kejuaraan internasional, program pendampingan dari sisi psikologis, serta gizi dan medis.
PB PASI akan menambah atlet-atlet pemusatan pelatihan nasional yang belum tertampung dalam surat keputusan atlet pelatnas oleh pemerintah.
Sebelum Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas (Satlak Prima) dibubarkan, mereka sempat mengeluarkan surat keputusan pelatnas untuk delapan atlet atletik. Surat itu berlaku sampai Desember 2017, kata Sekretaris Jenderal PB PASI Tigor M. Tanjung.
PB PASI masih menyusun proposal terkait pembinaan atlet-atlet atletik nasional jelang Asian Games, termasuk penambahan atlet pelatnas pada Januari hingga Agustus 2018.
"Kami memerlukan setidaknya 30 atlet untuk menghadapi Asian Games. Jumlah itu kira-kira untuk separuh dari total nomor perlombaan," kata Tigor tentang kesiapan pengurus menatap 48 nomor perlombaan atletik Asian Games 2018.
Namun, Tigor mengaku butuh lebih dari 100 atlet untuk masuk dalam daftar pelatnas Asian Games jika kontingen Merah-Putih mengharapkan keterwakilan pada seluruh nomor perlombaan.
Tolok ukur
Sementara, Taufik mengatakan atlet yang belum masuk mempunyai surat keputusan pelatnas seperti Rio Maholtra maupun Sapwaturrahman bukan berarti tanpa prestasi.
Rio mampu mempertahankan rekor nasionalnya pada nomor lari 110 meter gawang dengan hasil 14,08 detik. Sedangkan Sapwa mampu meraih lompatan 7,79 meter dan mampu bersaing dengan rekannya Suwandi Wijaya yang meraih medali perak SEA Games 2017 dengan lompatan 7,78 meter.
PASI akan mengusulkan penambahan atlet-atlet pelatnas pada Januari dan pada Februari setelah penyelenggaraan kejuaraan uji coba Asian Games.
PB PASI, menurut Taufik, berpatokan terhadap dua kejuaraan internasional guna merekrut atlet-atlet pelatnas jelang Asian Games 2018. Dua kejuaraan itu adalah Asian Games 2014 dan Kejuaraan Atletik Asia 2017.
"Kami terus memantau perkembangan catatan atlet nasional berdasarkan hasil catatan peringkat ketiga atau medali perunggu Asian Games 2014 dan Kejuaraan Asia 2017," kata Taufik.
Disamping program pembinaan fisik dan teknik serta psikologi, PASI mengharapkan lokasi pelatnas atlet-atletnya kembali terpusat sebagaimana ketika mereka berlatih di Stadion Madya, Senayan, Jakarta.
Selama ini, lokasi pelatnas terbagi dalam beberapa tempat seperti Stadion Rawamangun Jakarta Timur, Stadion Pakansari Cibinong Bogor, Eki Febri di Bandung, dan Maria Londa di Bali.
Harapan atlet
Atlet jalan cepat putra nasional Hendro Yap mengatakan keikutsertaannya dalam Asian Games 2018 menjadi sebuah kerinduan akan pengakuan internasional terhadap Indonesia.
Hendro berharap dapat memberikan kontribusi medali bagi Tanah Air. Asian Games nanti adalah Asian Games pertama bagi saya setelah saya tidak ikut dalam Asian Games 2014.
Dia akan membuktikan mimpinya dengan terus berlatih dan memperbaiki catatan rekornya baik pada nomor jalan cepat 20.000 meter maupun nomor jalan cepat 50.000 meter.
Catatan terbaik Hendro pada nomor 50.000 meter itu empat jam 10 menit. Sedangkan pada nomor 20.000 meter adalah satu jam 27 menit, kata Hendro yang berambisi mengejar waktu satu jam 19 menit pada nomor 20.000 meter demi medali emas Asian Games.
Atlet yang merebut medali emas SEA Games 2017 itu mengaku akan berlatih hingga ke Eropa, baik Spanyol maupun Jerman, demi meraih mimpinya jika cuaca di Indonesia tidak bersahabat dengan program latihannya karena sering hujan.
Mimpi untuk merebut medali juga disampaikan atlet putri Emilia Nova yang akan turun pada nomor sapta lomba dan lari gawang 100 meter putri.
Emilia butuh sejumlah kejuaraan uji coba internasional karena dalam SEA Games penampilan dia kurang bagus, baik pada sapta lomba ataupun lari gawang.
Emilia harus menantang atlet-atlet Asia tengah baik dari Kazakhstan maupun Ubezkistan yang menjuarai nomor sapta lomba serta atlet-atlet India yang menempati posisi kedua dan ketiga dalam tiga Asian Games terakhir sejak 2006.
Sementara pada nomor lari gawang, Emilia mengaku akan berhadapan dengan atlet-atlet Jepang dan Korea Selatan.
Syahdan, "tongkat estafet" prestasi atlet-atlet atletik Indonesia kini bergulir semakin jauh sejak Sudarmojo, AF Matulessy, Hendarsin Hendamihardja, Annie Salamun, dan tim estafet putri yang terdiri dari Triwulan, Darwati, Lie Djian Nio, dan Surjowati meraih medali atletik Merah-Putih dalam Asian Games pertama 1951.
"Tongkat" itu kini berpindah ke tangan atlet-atlet generasi baru seperti Hendro, Agus Prayogo, Atjong Tio, tim estafet putra yang terdiri dari Iswandi, Mohammad Fadlin, Eko Rimbawan, Yaspi Boby.
Kemudian, atlet-atlet putri seperti Triyaningsih, Maria Londa, Emilia, dan Eki Febri Ekawati. Tidak terkecuali, atlet-atlet muda seperti Rio Maholtra, Sapwaturrahman, Suwandi Wijaya, Abdul Hafiz, Sudirman Hadi, serta rekan-rekan mereka.
Pewarta: Imam Santoso
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2017