Dalam petisi yang dirilis Kamis waktu AS atau beberapa hari setelah pernyataan Trump itu, lebih dari 110 tokoh dari berbagai perguruan tinggi di AS menyeru Trump menarik kembali deklarasi Yerusalem ibu kota Israel itu.
"Kami menulis sebagai para intelektual Yahudi demi mengutarakan kecemasan kami atas keputusan pemerintahan Trump yang telah menjungkirbalikkan kebijakan bipartisan bertahun-tahun AS karena mengumumkan Yerusalem ibu kota Israel dan memerintahkan pemindahan kedutaan besar AS dari Tel Aviv," bunyi petisi ini seperti dikutip laman The Hill.
Mereka menyebut deklarasi dari pemerintah Amerika Serikat yang mendukung kepemilikan tunggal Yahudi atas Yerusalem telah menambah penderitaan yang dialami kota ini yang sekaligus memupuk api kekerasan baru.
Petisi ini juga mengecam pemerintah Israel karena telah diskriminatif terhadap warga Palestina.
"Penduduk Palestina di Yerusalem mengalami ketimpangan yang sistematis, termasuk distribusi tidak merata anggaran daerah dan pelayanan kota, pengabaian izin bangun yang justru diberikan kepada penduduk Yahudi, penggusuran rumah, dan penyitaan properti Palestina demi permukiman Yahudi," kata para intelektual Yahudi ini dalam petisi tersebut.
"Sebaliknya, warga Palestina di Tepi Barat, tidak seperti penduduk Yahudi Israel di wilayah ini, diwajibkan memiliki izin khusus untuk bisa mengunjungi tempat-tempat suci di Yerusalem," tutup mereka.
Pewarta: -
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2017