Jakarta (ANTARA News) - Koordinator lapangan aksi damai solidaritas untuk Palestina dari keluarga besar Nahdlatul Ulama (NU) Asep Irfan Mujahid kecewa karena Dubes Amerika Serikat untuk Indonesia Joseph Donovan tidak menemui perwakilan peserta aksi damai untuk menerima tuntutan.
"Kami masuk, tapi hanya ditemui oleh staf. Ini masih jam kerja seharusnya Duta Besar ada. Kalaupun tidak ada Duta Besar, seharusnya ada atase yang bisa menemui kami," kata Asep ditemui di sela-sela aksi damai di depan Kedutaan Besar Amerika Serikat untuk Indonesia di Jakarta, Jumat.
Asep mengatakan sebetulnya keinginan keluarga besar NU adalah Duta Besar Donovan keluar untuk menemui peserta aksi damai dan memberi pernyataan terkait tuntutan yang disampaikan kepada pemerintah Amerika Serikat.
"Aksi ini berjalan aman kok. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan," ujarnya.
Karena hanya ditemui oleh staf yang tidak bisa memberikan keputusan atau pernyataan apa pun, maka Asep mengaku kecewa dengan sikap Kedutaan Besar Amerika Serikat.
Keluarga besar NU mengutuk keras pengakuan sepihak Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang menyatakan Yerussalem sebagai ibu kota Israel dan memindahkan Kedutaan Besar Amerika Serikat untuk Israel dari Tel Aviv ke Yerussalem.
"Pernyataan tersebut merupakan suatu tindakan yang akan merusak dan mengacaukan perdamaian dunia," katanya.
Karena itu, keluarga besar NU mendesak pemerintah Indonesia untuk mempertimbangkan kembali hubungan diplomatik dengan Amerika Serikat dan menangguhkan operasionalisasi perusahaan multinasional asal negeri tersebut bila Presiden Donald Trump tidak mencabut pernyataannya.
"Bila tuntutan itu diabaikan, usir duta besar Amerika Serikat dari Indonesia," ujarnya.
Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan mengakui Yerussalem sebagai ibu kota Israel dan akan memindahkan kedutaan besarnya dari Tel Aviv ke Yerussalem. Pernyataan itu mendapat kecaman dari pemimpin berbagai negara Islam, termasuk Presiden Indonesia Joko Widodo.
Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017