"Harus disadari bahwa di dalam Islam persaudaraan itu tidak hanya dibatasi kekeluargaan sampai ke negara saja, tapi persaudaraan itu untuk seluruh umat manusia. Itu di Al Quran ada di Surat Al Baqarah ayat 213 yang artinya manusia itu merupakan umat yang satu," kata Hamim.
Menurut dia, hidup yang lebih baik itu memiliki tiga indikator, yakni sejahtera, damai, dan bahagia untuk semua orang. Hal itu sesuai dengan tiga fungsi Islam sebagaimana disebutkan di dalam Surat Ali Imron ayat 103-104, yakni mempersatukan umat manusia, menyelamatkan umat manusia, dan memperbaiki kehidupan umat manusia, katanya.
Menurut dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini, pengembangan persaudaraan antarmanusia kini menemukan momentumnya dengan semakin terbukanya pola hubungan antaragama .
"Zaman sudah berubah. Sekarang hubungan antaragama sudah terbuka. Perubahan ini yang harus disadari oleh umat," kata pengajar di Magister Studi Islam (MSI) Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta itu.
Menurut dia, pola persaudaraan yang sempit dengan berbasis kepentingan kelompok, etnis, agama, dan suku justru dapat memperuncing pembelahan di masyarakat.
"Jadi, janganlah membentuk kelompok sendiri untuk kepentingan kelompok, etnis atau agama yang ujung-ujungnya nanti malah dapat memecah belah masyarakat di negara ini," ujarnya
Ia tidak memungkiri saat ini ada kelompok tertentu di kalangan umat Islam yang berusaha menciptakan sebuah kelompok yang justru dapat merusak citra Islam itu sendiri.
Menurut dia, hal itu disebabkan mereka dilanda mentalitas kecemasan. Mereka merasa terancam karena secara ekonomi umat Islam sekarang ini tertinggal dibandingkan dengan yang lain.
Pewarta: Sigit Pinardi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017