Denpasar (ANTARA News) - Selama Januari-April 2007, Propinsi Bali telah mengekspor kopi senilai 25.288 dolar AS, naik 334 persen dari periode sama tahun sebelumnya yang hanya mencapai 5.820 dolar AS. Menurut Kepala Subdinas Perdagangan Luar Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Bali, Ni Wayan Kusumawathi, selain karena permintaan yang menguat, kenaikan signifikan ekspor kopi Bali itu juga didukung oleh menguatnya volume produksi dalam empat bulan pertama tahun ini menjadi 2.050 kilogram, lebih tinggi 156 persen dari sebelumnya 800 kilogram saja.Menurutnya, faktor harga juga memberikan kontribusi besar terhadap naiknya nilai ekspor kopi Bali tersebut. Kualitas kopi yang makin baik dengan aroma khas yang dihasilkan dari perkebunan rakyat di Bali, telah membuat harga kopi dari daerah ini harga lebih mahal. Harga rata-rata kopi Bali di pasaran ekspor periode awal 2007 mencapai 12,3 dolar per kilogram, naik jika dibandingkan harga serupa awal 2006, hanya 7,2 dolar per kilogram. Naik harga hasil kopi itu menyebabkan nilai perolehan devisanya tinggi. Aroma kopi Bali terutama produksi kebun rakyat di Desa Belantih, kawasan wisata Kintamani, 75 Km timur laut Denpasar, memiliki ciri khas tersendiri sehingga sangat diminati oleh konsumen luar negeri terutama dari Perancis. "Kopi hasil produksi perkebunan rakyat di Kintamani, Bangli yang sebagian besar diekspor ke Perancis dan Jepang," kata seorang petani Wayan Suta, sambil menyebutkan ada rekannya sempat studi banding bersama lima petani Indonesia ke Perancis. Permintaan pasar akan kopi Bali cukup banyak hanya saja petani kurang mampu memenuhi permintaan konsumen mancanegara akibat tidak ada modal yang memadai bagi petani dalam berproduksi terutama saat memelihara tanaman. Permintaan kopi Bali biasanya datang dari Jepang, Taiwan dan AS termasuk dari kawasan Eropa yakni Perancis. Konsumen semakin berminat dengan kopi Bali berkat kualitas mata dagangan itu hampir sejajar dengan kopi Brasil.(*)
Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007