Sao Paulo (ANTARA News) - Peneliti menemukan molekul penarik serangga, yang menularkan penyakit penghijauan jeruk, yang diharapkan membantu petani mengendalikan wabah, yang menghancurkan pohon di wilayah pertumbuhan Brasil dan Amerika Serikat.
Penyakit tersebut juga dikenal sebagai CVPD di Indonesia dengan salah satu ciri utamanya menyerang pembuluh tanaman sehingga menyebabkan daun berwarna kuning kehijauan.
Terobosan ilmiah itu, yang disiarkan kepada Reuters secara khusus pada Selasa, adalah hasil penelitian enam tahun pada "Diaphorina citri", vektor penyakit penghias jeruk.
Molekul tersebut ditemukan oleh "Fundo de Defesa da Citricultura" (Fundecitrus), pusat penelitian ditaja petani dan penghasil jus jeruk di Brasil, bekerja sama dengan University of California, Davis dan University of Sao Paulo Agricultural College atau yang dikenal sebagai Esalq.
Langkah selanjutnya adalah mensintesis feromon dari molekul dan menciptakan produk yang akan bekerja sebagai semacam jebakan untuk menarik dan menetralkan serangga. Kemudian para ilmuwan berharap dapat mengurangi penyebaran penyakit yang mulai terjadi sejak tahun 2005 dan mengakibatkan hancurnya hampir separuh wilayah pohon jeruk Brasil saat ini.
"Itu tidak akan menyembuhkan penyakit tersebut, tapi ini akan memungkinkan kita bekerja dengan cara yang cerdas dan tegas melawan serangga," kata Juliano Ayres, general manager di Fundecitrus, dalam sebuah wawancara telepon.
Solusi komersial pertama harus tersedia untuk petani dalam setahun, kata Walter Leal, peneliti Brasil yang mewakili UC Davis yang berpartisipasi dalam wawancara tersebut.
Berdasarkan atas data pemerintah, wilayah penghasil utama Brasil di Sao Paulo dan Minas Gerais memiliki hampir 175 juta pohon yang ditanam di sekitar 415.000 hektar, kata Fundecitrus. Data itu menunjukkan sekitar 32 juta pohon terinfeksi.
Penghijauan jeruk, atau Candidatus Liberibacter asiaticus, tidak dapat disembuhkan dan merupakan salah satu penyakit tanaman jeruk yang paling serius di dunia, menurut Departemen Pertanian Amerika Serikat.
Pohon tertular menghasilkan buah hijau, berbentuk tidak sempurna dan pahit, tidak sesuai untuk dijual sebagai buah segar atau jus. Sebagian besar pohon tertular itu mati dalam beberapa tahun, kata USDA seperti dilansir Reuters.
(Uu.R029/B002)
Pewarta: Antara
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017