Kuala Lumpur (ANTARA News) - Polisi Malaysia sedang menyelidiki pengakuan 300 warga Bangladesh bahwa mereka kerap dipukuli dan diberi makanan basi oleh para majikan mereka di sebuah pabrik elekronik, kata satu berita suratkabar, Selasa.
Orang-orang itu bekerja di pabrik tersebut tiga bulan lalu, tapi segera menjelang mereka dipekerjakan di pabrik itu, agen menjejalkan mereka di sebuah rumah selama satu bulan, sementara menunggu keluarnya izin kerja mereka, kata suratkabar The New Straits Times, seperti dikutip DPA.
Para pekerja itu, yang kemudian dipindahkan ke hostel-hostel, tempat mereka mulai bekerja di pabrik itu, ditemukan ketika para petugas dari Pusat Pelayanan dan Penyuluhan untuk Pekerja Asing Malaysia mengunjungi hostel dalam rangka kunjungan riset rutin.
"Ketika saya melihat mereka, di punggung mereka terdapat tanda-tanda seperti mereka kena pukulan rotan," kata wakil ketua pusat itu Amir Ibrahim.
Salah seorang pekerja, yang bernama Al Amin, menyatakan para pekerja diberi makanan yang sudah basi dan dipukul apabila mereka mengeluh.
"Mereka menarik rambut kami, mendorong dan menendang kami. Apabila ada di antara kami yang sakit, mereka bahkan tidak memberi kami perawatan medis," kata pria berusia 25 tahun yang dikutip suratkabar itu.
Para pekerja itu juga menyatakan mereka hanya digaji 100 ringgit (88 dolar AS) untuk kerja dua bulan. Para pekerja asing di Malaysia digaji minimum 500 ringgit (147 dolar) sebulan.
Para pekerja itu diserahkan kepada kedubes Bangladesh di Kuala Lumpur, tempat para pejabat akan mengatur pemulangan mereka, kata berita itu.
Satu laporan polisi yang diumumkan baru-baru ini mengatakan para majikan yang terbukti menganiaya buruh mereka akan dilarang menyewa para pekerja asing.
Pengumuman itu menyusul laporan tentang meningkatnya penganiayaan terhadap para pembantu rumah tangga asing dan para pekerja oleh para majikan lokal. (*)
Copyright © ANTARA 2007