Tanda spesifik dan gejala difteri tergantung pada lokasi tubuh yang terinfeksi. Jika menyerang saraf, difteri menyebabkan neuritis atau peradangan yang mengakibatkan kerusakan saraf di saluran pernapasan.
"Kasus difteri menyebabkan kelainan saraf itu ada dua waktu, akut dan lambat. Yang akut berhubungan dengan toksin yang dikeluarkan bakteri, merusak saraf-saraf di daerah saluran napas, faring, mulut bagian atas," ujar Spesialis anak dari Rumah Sakit Pusat Otak Nasional, Dr. Roy Amardiyanto,Sp.A kepada ANTARA News melalui sambungan telepon, Selasa.
"Kalau saraf terkena akan terjadi pelemahan, saluran napas bagian atas akan terganggu. Yang dikhawatirkan, tertutup saluran napasnya. Pada kondisi serius bisa dibantu pakai ventilator. Kondisi berat bisa menyebabka kematian," tutur Amar.
Jika bakteri menyerang saluran pernafasan, penderita akan mengalami demam, lesu, kelenjar getah benih di bagian depan leher membesar, jaringan lunak di bagian leher membengkak dan denyut jantung meningkat.
Sementara jika menyerang kulit, penderita akan mengalami kondisi yang hampir sama seperti menderita penyakit kulit lainnya seperti eksim, meskipun dapat menghasilkan luka (borok).
Tak hanya itu, sejumlah membran mukosa lainnya juga dapat terinfeksi oleh difteri - termasuk konjungtiva pada mata dan saluran telinga luar, seperti dilansir dari laman Medical News Today.
Kemudian, pada beberapa kasus lainnya, racun difteri dapat merusak jantung. Awalnya menyebabkan miokarditis-- peradangan otot jantung-- lalu bisa berkembang menjadi gagal jantung. Masalah jantung ini biasanya muncul 10-14 hari sejak tubuh terinfeksi bakteri.
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017