Ankara, Turki (ANTARA News) - Tindakan yang mungkin dilakukan AS untuk mengakui Jerusalem sebagai Ibu Kota Israel akan menjadi bencana buat wilayah tersebut, kata Juru Bicara Pemerintah Turki Bekir Bozdag pada Senin (4/12).
"Jika status Jerusalem diubah dan langkah lain dilakukan, bencana akan terjadi," kata Bekir Bozdag dalam satu taklimat setelah pertemuan Kabinet Turki.
Rakyat Israel atau Palestina atau yang lain takkan memperoleh keuntungan dari tindakan semacam itu, kata Bozdag, sebagaimana dilaporkan Xinhua, Selasa. "Itu akan benar-benar menghapuskan proses perdamaian yang rapuh di wilayah ini, dan mengarah kepada konflik baru, pertikaian baru dan kerusuhan baru."
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengadakan percakapan telepon dengan timpalannya dari Palestina Mahmoud Abbas mengenai masalah tersebut, kata Bozdag tanpa memberi perincian lebih lanjut.
Selama kunjungan Abbas ke Turki pada Agustus, Erdogan memperlihatkan dukungan kuat buat Palestina, dan mendesak Pemerintah Israel agar mengakhiri upaya pendudukannya atas wilayah Palestina. Perbuatan Israel itu, katanya, mengancam kemungkinan penyelesaian dua-negara bagi konflik Palestina-Israel.
Erdogan juga berikrar Ankara akan melanjutkan upayanya bagi pengakuan Palestina di semua arena internasional.
Di dalam tindakan yang disambut oleh sebagian pihak dan kontroversi buat yang lain, Presiden AS Donald Trump diperkirakan akan mengakui Jerusalem sebagai Ibu Kota Israel pada pekan ini.
Israel telah menguasai bagian barat Jerusalem sejak berdirinya Negara Yahudi pada 1948. Pada 1967, setelah Perang Timur Tengah, Israel merebut bagian timur Jerusalem dari Jordania dan mengumumkan kedua wilayah tersebut sebagai ibu kotanya yang bersatu.
Tindakan itu tak pernah diakui oleh masyarakat internasional, termasuk sekutu paling dekat Israel, Amerika Serikat.
Rakyat Palestina memandang Jerusalem Timur sebagai ibu kota negara masa depan mereka.
Jerusalem adalah tempat bagi semua kantor pemerintah Israel sementara kedutaan besar asing berada di Tel Aviv, dan kebanyakan hubungan dengan pemerintah Israel dilakukan di Jerusalem --ibu kota yang tak diakui oleh siapa pun.
Jerusalem adalah tempat suci bagi agama Islam, Yahudi dan Kristen, dan membuatnya jadi tempat penting buat banyak orang di seluruh dunia.
Sekarang, dalam apa yang dipandang sebagai upaya untuk menenangkan Israel dan konstituennya, Trump diduga akan mengakui Jerusalem sebagai ibu kota Israel untuk menahan pukulan gara-gara janji kampanyenya yang belum dilaksanakan, yaitu memindahkan Kedutaan Besar AS dari Tel Aviv ke Jerusalem, tindakan kontroversial lain.
Namun masih belum jelas apakah AS akan melakukan tindakan semacam itu, dan jika benar, apakah AS mengakui kedua sisi Jerusalem sebagai ibu kota Israel? Atau Washington hanya mengakui wilayah baratnya?
"Trump adalah teman Israel dan ia berpendapat mengakui Jerusalem sebagai ibu kota Israel dan mengakui hubungan bersejarah antara orang Yahudi dan kota itu adalah tindakan yang benar," kata Prof. Efraim Inbar, Presiden Lembaga Kajian Strategis Jerusalem, kepada Xinhua.
Pewarta: Chaidar Abdullah
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2017