Kupang (ANTARA News) - Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Timur Maritje Pattiwaellapia mengatakan pada November 2017 NTT mengalami inflasi sebesar 0,73 persen dengan Indeks Harga Konsumen atau IHK sebesar 129,10 persen.
"Inflasi sebesar itu disebabkan oleh kenaikan harga barang di tingkat konsumen pada seluruh kelompok pengeluaran," katanya, di Kupang, Selasa.
Ia menyebutkan kelompok bahan makanan mengalami inflasi tertinggi sebesar 2,81 persen diikuti kelompok sandang sebesar 0,31 persen, sedangkan kelompok transport mengalami inflasi terendah sebesar 0,02 persen.
Dia mengatakan, dari seluruh kabupaten dan kota di NTT, dua kota yang mengalami inflasi terbesar yakni Kota Kupang dan Maumere. Kota Kupang tingkat inflasi sebesar 0,82 persen dengan IHK 129,96 persen, sedangkan Kota Maumere tingkat inflasi sebesar 0,10 persen dengan IHK 123,46 persen.
Menurut Maritje, penyebab terjadi inflasi karena adanya kenaikan indeks harga pada seluruh kelompok pengeluaran, dengan kelompok bahan makanan mengalami inflasi tertinggi sebesar 2,81 persen yang diikuti kelompok sandang sebesar 0,31 persen, sedangkan kelompok transport mengalami inflasi terendah sebesar 0,02 persen.
Kota Kupang tingkat inflasi sebesar 0,82 persen dengan IHK 129,96 persen, sedangkan Kota Maumere tingkat inflasi sebesar 0,10 persen dengan IHK 123,46 persen.
Sebelumnya, Oktober 2017, NTT malah mengalami deflasi sebesar 0,49 persen dengan IHK sebesar 128,16, dan dari dua kota IHK di NTT, Kota Kupang alami deflasi sebesar 0,50 persen dengan IHK 128,90 sedangkan Kota Maumere alami deflasi 0,39 persen dengan IHK 123,34 persen.
Dampak korelasinya terhadap pertumbuhan perekonomian daerah setempat pada triwulan III-2017 mencapai Rp23,73 triliun atau tumbuh 4,91 persen (y-on-y), jika dibandingkan triwulan-II 2017 tercatat sebesar Rp22,25 triliun.
Perekonomian NTT berdasarkan besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku triwulan III-2017 mencapai Rp23,73 triliun atau tumbuh 4,91 persen (y-on-y) jika dibandingkan triwulan-II 2017 tercatat sebesar Rp22,25 triliun, kata Maritje lagi.
Dari sisi produksi, katanya pula, pertumbuhan didorong oleh semua lapangan usaha, dengan pertumbuhan tertinggi dicapai lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan minum yang tumbuh 13,60 persen.
"Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Komponen Perubahan Inventori (PI) yang tumbuh sebesar 14,32 persen," katanya lagi.
Ia mengatakan ekonomi NTT triwulan III-2017 juga meningkat sebesar 5,18 persen (q-to-q).
"Peningkatan tertinggi nampak pada lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan minum sebesar 11,03 persen dengan pengeluaran yang dicapai oleh Komponen Perubahan Inventori (PI) meningkat cukup tinggi sebesar 9,43 persen," katanya pula.
Pewarta: Hironimus Bifel
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017