Jakarta (ANTARA News) - Negara Ethiopia memiliki minat untuk mempelajari perkembangan ketenagalistrikan yang berlangsung di Indonesia khususnya pada sektor Energi Baru Terbarukan seperti panas bumi dan hydro.
Berdasarkan informasi resmi yang diterima Antara di Jakarta, Selasa, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan bersama Wakil Menteri ESDM Acrandra Tahar, telah menerima kunjungan Menteri Air, Irigasi dan Ketenagalistrikan Ethiopia, Seleshi Bekele, di Gedung Kementerian ESDM, Jakarta.
Tujuan kunjungan Delegasi Ethiopia ini adalah untuk mempelajari program pembangunan Indonesia di sektor ketenagalistrikan dan Energi Baru Terbarukan khususnya Panas Bumi dan Hydro.
Dalam kunjungan ini, delegasi Ethiopia memberikan apresiasi sekaligus ingin menggali informasi langkah-langkah sukses Indonesia dalam meningkatkan percepatan rasio elektrifikasi. Pemerintah Ethiopia saat ini tengah melakukan restrukturisasi sektor kelistrikan dengan berfokus untuk meningkatkan rasio elektrifikasi.
Menanggapi hal ini, Menteri Jonan menjelaskan bahwa sepanjang dua tahun terakhir, pemerintah fokus untuk meningkatkan rasio elektrifikasi, mulai dari pembangunan pembangkit, perluasan jaringan PT PLN, pembangunan pembangkit energi baru terbarukan (EBT) off grid, serta program Lampu Tenaga Surya Hemat Energi (LTSHE).
Menteri ESDM juga mengungkapkan bahwa saat ini rasio elektrifikasi Indonesia mencapai 93,5 persen dengan kapasitas pembangkit listrik nasional sebesar 60,1 Giga Watt (GW) atau naik 7,1 GW dalam tiga tahun terakhir dibanding tahun 2014 yang sebesar 53 GW.
Sementara untuk Pembangkit yang bersumber dari EBT, Menteri menerangkan bahwa Sejak awal tahun 2017 hingga saat ini, 1.186 megawatt (MW) pembangkit listrik yang energi primernya bersumber dari EBT telah ditandatangani. Hingga akhir tahun, kapasitasnya diharapkan mencapai 1.500 MW.
Usai mendapatkan penjelasan dari Menteri Jonan, Menteri Seleshi Bekele memberikan gambaran kondisi energi di Ethopia, termasuk pengembangan EBT. Ethopia, dengan penduduk sekitar 100 juta orang, memiliki tingkat rasio elektrifikasi sebesar 30 persen, dengan tingkat akses on-grid sekitar 20 persen dan tingkat akses off-grid sekitar 10 persen.
Pemerintah Ethiopia saat ini tengah melakukan restrukturisasi sektor kelistrikan dengan berfokus untuk meningkatkan rasio elektrifikasi. Sesuai dengan Program Elektrifikasi, Ethiopia memiliki visi untuk meningkatkan rasio elektrifikasi 100 persen pada tahun 2025.
Mendengar hal ini, Menteri Jonan pun menawarkan adanya kemungkinan penugasan tenaga ahli Indonesia untuk ikut melihat secara langsung kondisi listrik di Ethopia, termasuk potensi pengembangannya, khususnya untuk pembangkit EBT. Selain itu, Menteri ESDM juga menawarkan bantuan teknis terkait penyusunan kontrak jual beli listrik dengan pihak swasta.
Menteri Seleshi Bekele mengucapkan terima kasih atas penawaran bantuan dari Menteri Jonan sambil menyatakan minat untuk menjajaki kemungkinan berinvestasi pada sektor ketenagalistrikan di Indonesia.
Pada kunjungan ini, delegasi Ethiopia juga didampingi perwakilan World Bank. Saat ini World Bank sedang membantu Ethiopia dalam mempercepat rasio elektrifikasi dan pengembangan energi terbarukan. Selain pendanaan, World Bank juga membantu Ethiopia dengan technical assistance dan peningkatan kapasitas.
Sebagai informasi, Ethiopia memiliki potensi energi yang kuat di kawasan Sub-Saharan African yang bersumber dari energi baru terbarukan, khususnya hydro power, energi surya, angin, dan panas bumi. Potensi energi terbarukan di Ethiopia mencapai 60.000 MW. Ethiopia merupakan salah satu dari sedikit negara di kawasan Sub-Saharan African, yang semua pembangkitan listriknya dihasilkan (sekitar 4.300 MW) dari sumber daya energi baru terbarukan, sebagian besar berasal dari hydro power.
Pewarta: Afut Syafril Nursyirwan
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017