"Karena masalah yang sering terjadi selama ini adalah perlakuan yang kurang baik dari masyarakat hingga diskriminasi hak hidup orang dengan HIV/AIDS atau ODHA," katanya, di sela pengukuhan di Surabaya, Minggu.
Menurut dia, kondisi itu pada umumnya terjadi karena masyarakat kurang mendapat informasi tentang penyakit HIV/AIDS secara menyeluruh.
"Seharusnya yang dijauhi penyakitnya, bukan orangnya. Tapi di masyarakat, yang terjadi justru sebaliknya," ucapnya.
Untuk itulah Kementerian Sosial merasa perlu membentuk "1.000 Sahabat Peduli AIDS" yang yang nantinya beranggotakan para relawan dari berbagai daerah se-Indonesia.
Dia menjelaskan, sebagai permulaan 1.000 Sahabat Peduli AIDS yang dikukuhkan adalah para relawan yang berasal dari Ternate, Maluku Utara, Medan, Sumatera Utara, serta sejumlah relawan lainnya yang berasal dari Jawa Timur.
1.000 Sahabat Peduli AIDS yang terdiri dari berbagai unsur itu akan bertugas melakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai seluk beluk penyakit HIV/AIDS.
"Sudah menjadi tugas kita bersama untuk berupaya membangun pengetahuan dan pemahaman yang memadai ke masyarakat luas terkait kesehatan reproduksi," ucapnya.
Mengutip data dari Kementerian Kesehatan, Khofifah mengatakan, secara kumulatif hingga triwulan I 2017, jumlah kasus HIV/AIDS di Indonesia sebanyak 320.152.
Data tersebut tercatat dari penderita HIV/ AIDS yang melakukan akses layanan rumah sakit. "Bisa jadi jumlah yang tercatat dalam data ini jauh lebih kecil dari angka yang sebetulnya, mengingat banyak ahli yang menyebut kasus HIV/ AIDS sebagai fenomena gunung es," katanya.
Karenanya Khofifah menekankan bahwa persoalan HIV/ AIDS ini harus menjadi perhatian semua pihak.
"Tidak cuma pemerintah, namun juga masyarakat umum, mengingat virus yang menyebarkan penyakit ini bisa menular kepada siapa saja, terutama ibu rumah tangga yang terinveksi dari suami," ucapnya.
Pewarta: Slamet Agus Sudarmojo
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017