Kami juga harus mulai membayar uang muka penyewaan arena pertandingan."

Jakarta (ANTARA News) - Ibarat di dalam angkutan massal Metro Mini dan Kopaja yang melaju lekas-lekas menembus kemacetan Jakarta demi bernegosiasi dengan sang waktu, para penumpang diminta bergeser posisi baik duduk maupun ketika mereka berdiri di antara penumpang lain.

Meski saling berimpitan dan berdesak-desak badan, sang penumpang diharapkan rela bersabar demi mencapai lokasi tujuan masing-masing pada pagi ataupun sore hari.

Sketsa drama demikian nampaknya menyerupai Indonesia yang selalu berunding dengan Dewan Olimpiade Asia (OCA) terkait jumlah cabang olahraga maupun nomor pertandingan cabang olahraga.

Perundingan itu dilatarbelakangi sikap Indonesia yang memegang teguh semangat efisiensi dalam penyelenggaraan pesta multi-cabang olahraga tertinggi di Asia atau disebut Asian Games.

Di sisi lain, Sang Garuda juga berusaha tampil berprestasi di tingkat Asia dengan ambisi menembus peringkat 10. Peringkat 10 besar itu harus dibayar dengan 20 hingga 23 medali emas pada 15 cabang olahraga.

Indonesia mulai berunding dengan OCA terkait cabang-cabang olahraga Asian Games 2018 pada Maret 2017 ketika Wakil Presiden M. Jusuf Kalla (JK), yang juga menjabat sebagai Ketua Dewan Pengarah Asian Games 2018, meminta jumlah cabang olahraga sama sebagaimana Asian Games 2014 di Korea Selatan, yaitu 36 cabang olahraga.

Pada Maret, OCA-Indonesia sempat menyepakati jumlah cabag olahraga Asian Games sebanyak 42 cabang olahraga yang terdiri dari 484 nomor pertandingan. Cabang-cabang olahraga itu terdiri dari

Dalam perjalanannya, jumlah cabang olahraga Asian Games ke-18 sempat berganti-ganti dari 36 cabang menjadi 39 cabang pada April hingga Juli 2017.

Panita Penyelenggara Asian Games 2018 (INASGOC) telah bersepakat dengan OCA pada April, bahwa Asian Games 2018 akan menggelar 39 cabang olahraga, 52 disiplin olahraga dan 431 nomor pertandingan.

Lantas, pada Agustus 2017, OCA mempertanyakan cabang olahraga roller skate yang terdiri dari disiplin skateboard dan sepatu roda ketika pertemuan dengan INASGOC dalam rangkaian kegiatan penghitungan mundur jelang satu tahun pelaksanaan.

"Ada cabang olahraga yang sudah masuk dalam Olimpiade 2020 seperti skateboard, tapi itu hilang dalam program Asian Games. Kami mengonfirmasi itu hari ini," kata Direktur Umum dan Teknik OCA Husain Al-Mussalam, selepas Rapat Koordinasi Panitia Asian Games 2018 ketujuh di Jakarta, pada Agustus 2017.

Indonesia pun mengakomodasi keinginan OCA dan negara-negara lain yang menjadi anggota Olimpiade Asia. Asian Games 2018, sesuai sidang umum OCA pada 20 September 2017, pun diputuskan menjadi 40 cabang olahraga, 67 disiplin olahraga, dan 462 nomor pertandingan.

Empat puluh cabang olahraga itu terdiri dari 33 cabang olahraga Olimpiade Tokyo 2020, kecuali papan selancar atau surfing. Cabang-cabang olahraga itu juga termasuk sejumlah cabang atau disiplin andalan kontingen Merah-Putih sesuai dengan persetujuan OCA menyusul Indonesia sebagai tuan rumah.

Cabang-cabang atau disiplin olahraga non-Olimpiade andalan Indonesia yang terakomodasi dalam Asian Games ke-18 antara lain pencak silat, bridge, paralayang, jetski, perahu naga, bola boling, dan wushu.

Perundingan cabang-cabang olahraga dan nomor pertandingan itu bermuara pada posisi 10 besar Asia. Seluruh atlet Tanah Air yang mengikuti Asian Games dipacu untuk merebut total 20 medali emas sebagaimana disampaikan mantan Ketua Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas Achmad Soetjipto.

"Sementara target 20 medali emas tapi itu masih dinamis. Begitu juga untuk cabang olahraganya masih bisa berubah-ubah," kata Soetjipto, selepas Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi X DPR RI pada September 2017.

Kegiatan lain

Guna menyiapkan kegiatan lain, seperti penyiapan arena pertandingan, akomodasi, dan pendaftaran atlet-atlet peserta, INASGOC dan OCA menyepakati jumlah 40 cabang olahraga dan 462 nomor pertandingan sudah tidak dapat dikurangi ataupun ditambah, sebagaimana hasil sidang umum di Turkmenistan.

"Kami memang sudah mengupayakan negosiasi jumlah cabang olahraga di Ashgabat, Turkmenistan. Tapi, Dewan Eksekutif OCA menganggap hasil keputusan Rapat Koordinasi Ketujuh Komite Asian Games 2018 di Jakarta pada 18 Agustus menjadi patokan," kata Sekretaris Jenderal INASGOC 2018 Eris Herryanto.

Upaya negosiasi terakhir jumlah cabang olahraga itu merupakan langkah INASGOC agar tetap berkomitmen dengan amanat efisiensi biaya penyelenggaraan dari Dewan Pengarah Asian Games.

Namun, Indonesia belum selesai hanya dengan cabang. Tuan rumah mengharapkan nomor-nomor pertandingan yang digelar dapat memenuhi harapan menempatkan posisi pada 10 besar Asia.

Pergeseran nomor pertandingan Asian Games itu dimungkinkan pasca-pertemuan Ketua Dewan Pengarah Asian Games Jusuf Kalla dengan Presiden OCA Sheikh Ahmad Al-Fahad Al-Sabah di Jakarta, pada awal Oktober.

"Kami sudah berkomitmen terkait jumlah cabang. Tapi, kami sangat fleksibel untuk mengganti nomor pertandingan dari cabang olahraga untuk memenuhi keinginan panitia penyelenggara," kata Sheikh Ahmad Al-Sabah.

Setelah pertemuan Ketua Dewan Pengarah Asian Games dan Presiden OCA, Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi mengirim surat kepada OCA agar menambah 11 nomor pertandingan yaitu tiga nomor cabang panahan, empat nomor cabang panjat tebing, dan empat nomor cabang taekwondo.

Dari 11 nomor permintaan Indonesia, OCA menyepakati sembilan nomor yaitu empat nomor cabang panjat tebing, tiga nomor panahan, dan dua nomor taekwondo.

"Sudah ada suratnya dari OCA pada 20 November 2017. Hanya saja dalam surat itu, OCA meminta tambahan nomor yang kami tidak mau," kata Plt Deputi I Bidang Olahraga INASGOC Harry Warganegara di sela-sela Forum Media Asian Games di Jakarta pada akhir November 2017.

Dua nomor permintaan OCA itu adalah nomor double trap pada cabang menembak. Harry menyebut dua nomor menembak itu adalah nomor perlombaan pada Olimpiade Rio 2016 dan bukan Olimpiade Tokyo 2020.

"Saya rasa itu adalah permintaan dari negara lain Asia kepada OCA. Nanti dalam rapat koordinasi komite di Jakarta, pada Januari 2018, akan dibahas lagi. Tapi, sembilan nomor lain sudah aman," katanya.

Sembilan nomor yang telah disepakati OCA dan Indonesia itu menggantikan nomor-nomor lain yaitu satu nomor dari cabang sambo, satu nomor dari cabang kurash, dua nomor dari disiplin BMX cabang balap sepeda, tiga nomor cabang tinju, satu nomor cabang karate, dan satu nomor cabang jujitsu.

"Kami menghapus nomor-nomor itu karena tidak punya peluang meraih medali. Pengurus cabang juga telah menyetujuinnya," kata Harry.

Harry menambahkan Asian Games akan kehilangan satu nomor dari cabang wushu dan satu nomor dari cabang sambu jika menyetujui dua nomor double trap pada cabang menembak sesuai permintaan OCA.

Tanggapan penghapusan

Pengurus Besar Persatuan Wushu Indonesia menolak jika salah satu nomor pertandingan mereka dihapus guna memenuhi permintaan OCA tentang nomor double trap cabang menembak.

"Kami tidak mengetahui nomor apa yang akan dihapus. Jika diminta, maka kami tidak akan memilih dari 15 nomor pertandingan yang sudah ada karena jumlah nomor itu sudah sesuai dengan kejuaraan internasional," kata manajer pelatnas wushu jelang Asian Games Iwan Kwok.

Iwan justru berharap INASGOC mampu memperjuangkan penambahan satu nomor lagi bagi cabang wushu yaitu nomor golok dan toya putri yang semula menjadi satu, lantas dipecah dua menjadi nomor golok putri dan toya putri.

Keputusan apakah INASGOC akan memenuhi harapan OCA untuk menambah nomor double trap cabang menembak dan menghapus satu nomor wushu dan satu nomor sambu akan terjawab dalam rapat koordinasi panitia, pada Januari 2018.

INASGOC, pada akhir 2017, cenderung fokus pada persiapan lain seperti penyelesaian kejuaraan uji coba mandiri selain sembilan cabang olahraga yang akan terlaksana pada Februari 2018.

"Kami juga harus mulai bernegosiasi dengan hotel karena akan ada tamu-tamu dari negara lain Asia, seperti kontingen. Kami juga harus mulai membayar uang muka penyewaan arena pertandingan," kata Ketua INASGOC Erick Thohir, pada akhir November 2017.

Erick mengatakan penambahan sponsor dan penjualan sejumlah suvenir Asian Games juga akan menjadi rencana kerja INASGOC pada akhir Desember, tanpa menyebut rencana pergeseran nomor pertandingan.

Namun, Indonesia seakan punya cara untuk tawar-menawar dengan OCA. Indonesia sudah membuktikannya sejak menerima "bola" tuan rumah dari Vietnam yang mengundurkan diri pada April 2014.

Penantian 56 tahun sejak Asian Games ke-4 berlangsung untuk pertama kalinya di negara kepulauan itu seakan diperjuangkan dengan menempatkan sang Merah-Putih setidaknya pada posisi 10 besar.

Kembali ke ibarat Metro Mini dan Kopaja itu pun melaju lekas-lekas menembus kesibukan lalu-lintas Ibukota Indonesia agar target prestasi tercapai, selain sukses penyelenggaraan, dampak ekonomi, dan tertib administrasi.

Pewarta: Imam Santoso
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2017