Bandung (ANTARA News) - Aparat Polresta Bandung Tengah dan Polsekta Coblong, hingga Senin petang, masih melakukan penyelidikan atas penyebab kematian dosen luar biasa Unpad Bandung, Heru Supraptomo (68), yang juga tercatat sebagai eks terpidana kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI). "Kami masih menyelidiki sebab-sebab kematian Heru Supraptomo (68) yang jenazahnya ditemukan terkapar di jok tengah minibus X-Trans Travel saat korban melakukan perjalanan dari Jakarta menuju Bandung pada Senin sekitar pukul 12.30 WIB," kata Kapolresta Bandung Tengah AKBP Mashudi kepada pers, di Bandung, Senin petang. Menurut Kapolresta, dari hasil visum luar, tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan di tubuh korban. Dugaan sementara korban tewas akibat serangan jantung. "Namun untuk memastikannya, kami masih menunggu hasil otopsi tim Kedokteran Forensik RSHS Bandung," katanya. Berdasarkan catatan polisi, Heru adalah mantan Direktur I Unit Pengawasan Bank III Bank Indonesia yang divonis penjara tiga tahun dan denda Rp20 juta subsider kurungan dua bulan oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat awal April 2003 silam. Heru dinyatakan bersalah dalam tindak pidana korupsi secara bersama-sama dan berlanjut dalam pemberian dana Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) kepada sejumlah perbankan swasta Indonesia. Ia dinyatakan bersalah oleh PN Jakpus karena telah memberikan fasilitas saldo debet kepada 22 bank sebesar Rp6,36 triliun. Pemberian fasilitas BLBI itu telah merugikan keuangan negara. Sebelumnya dilaporkan, Prof DR Heru Soepraptomo, salah seorang dosen luar biasa Fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung, tewas dalam minibus Travel X-Trans saat menempuh perjalanan dari Jakarta menuju Bandung, Senin siang sekitar pukul 12.30 WIB. Menurut keterangan saksi yang duduk bersebelahan dengan korban, Yunita (30), korban berangkat dari Bintaro Jakarta Senin pagi sekitar pukul 09.30 WIB. Selama dalam perjalanan, korban sempat dua kali menerima telepon melalui telepon selulernya. "Dua kali percakapan telepon selama dalam perjalanan itu, korban tampak biasa-biasa saja, bahkan korban sempat turun dan ke kamar kecil saat mobil travel jenis KIA Nopol B-7584-ID yang dikemudikan Revi itu masuk ke SPBU di kawasan Karawang," katanya. Dalam perjalan dari Karawang menuju Bandung, korban sempat tertidur dan dalam keadaan ngorok. "Semula saya tidak curiga dengan kondisi korban yang tidur ngorok tersebut, namun lama kelamaan seluruh tubuh korban selalu bergerak ke kiri dan ke kanan saat mobil berbelok tajam," katanya. Dia mengaku saat itulah dirinya mulai curiga dengan keberadaan korban. "Kecurigaan saya terbukti ketika sesampainya di poll X-Trans di Jalan Cihampelas nomor 97 Bandung sekitar pukul 12.30 WIB, korban tidak bangun-bangun, bahkan denyut nadinya saat diperiksa awak X-trans, sudah tidak terasa," katanya. Atas kejadian itu, pihak X-trans langsung melapor ke Polsekta Coblong. Polisi yang dipimpin Kapolsekta Coblong AKP Catur Sungkowo langsung melakukan olah TKP, memeriksa jenazah korban dan meminta keterangan sejumlah saksi, baik penumpang yang duduk bersebelahan dengan korban maupun pengemudi minibus tersebut. Kapolsekta mengatakan, saat diperiksa atau divisum luar, pihaknya tidak menemukan tanda-tanda kekerasan pada tubuh korban. "Dugaan sementara korban tewas akibat serangan jantung, hal ini diperkuat oleh keterangan sejumlah anggota keluarga korban yang menyebutkan, korban memiliki riwayat penyakit jantung," katanya. Namun demikian untuk memastikan penyebab kematian korban yang semula akan memberikan kuliah di Unpad Bandung itu, kata Kapolsekta, pihaknya mengirimkan jenazah dosen luar biasa itu ke RSHS Bandung untuk diotopsi oleh tim Kedokteran Forensik. "Untuk lebih jelasnya mengenai penyebab kematian korban, kami masih menunggu hasil otopsi, namun demikian kami juga melakukan pemeriksaan terhadap sejumlah saksi dan mengamankan satu tas milik korban yang di dalamnya terdapat sejumlah obat-obatan," katanya.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007