... penyintas letusan dahsyat Gunung Agung pada 1963 itu masih kental dengan ingatan buruk peristiwa menakutkan itu, dan ingatan itu bangkit kembali belakangan ini...
Jakarta (ANTARA News) - Setelah Gunung Agung, di Kabupaten Karangasem, Bali, mengeluarkan abu vulkanis hingga rentetan letusan terjadi, media sosial dipenuhi foto wisatawan dengan latar belakang letusan gunung berapi tertinggi di Pulau Bali itu. Tidak pelak, kritik atas tingkah polah mereka juga mengemuka.
Dailymail.co.uk, dalam edisi Jumat (1 Desember) mereka, menyatakan hal itu dalam artikelnya bertajuk, Insta-crass or a once-in-lifetime picture? Tourists pose for selfies wearing bikinis and doing handstands in front of Bali's erupting Mt Agung – as locals fear for their lives and livelihoods.
Semburan abu gunung berapi Gunung Agung, kata dailymail.co.uk, bisa bergerak terbawa angin hingga sangat jauh dengan berbagai pengaruhnya. Yang nyata adalah pembatalan penerbangan dari Australia menuju ke Bali, padahal Pulau Bali adalah tujuan wisata kegemaran warga Australia.
Bali, bagi mereka, merupakah salah satu lokasi berfoto terbaik. Apalagi ada sensasi baru berupa letusan Gunung Agung, sehingga “layak” menjadi latar belakang berfoto atau malah swafoto. Yang perempuan banyak yang berfoto dengan bikini mereka, foto yang bagi sebagian kalangan di Indonesia agaknya kurang pas dimuat di media massa nasional.
Akan tetapi, timbul pertanyaan, apakah mereka termasuk wisatawan yang tidak sensitif terhadap kenyataan di sekitar mereka? Saat ada puluhan ribu kalau bukannya sekitar 100.000 warga Bali tengah melindungi keselamatan diri mereka di banyak pengungsian?
Perempuan Australia, Jill Powers, sebagaimana dikatakan dailymail.co.uk, menyatakan, dia ingin terbang ke Bali untuk menyaksikan langsung aktivitas gunung berapi dengan mata kepalanya sendiri. “Kedengarannya bodoh, tapi benar, ke sana adalah salah satu daftar yang saya buat, untuk melihat gunung berapi aktif,” kata Powers.
Dia perkuat pendapat itu, “Saya pikir, inilah satu-satunya tempat yang saya pilih.”
Gunung Agung sudah berkali-kali meletus dan letusan terakhirnya terjadi pada 1963, dengan 1.100 orang kehilangan nyawanya. Para penyintas letusan dahsyat Gunung Agung pada 1963 itu masih kental dengan ingatan buruk peristiwa menakutkan itu, dan ingatan itu bangkit kembali belakangan ini.
Guna menghindari korban jiwa, pemerintah telah mengeluarkan imbauan keras agar semua penduduk pada radius hingga 10 kilometer dari Gunung Agung harus segera mengungsi sampai keadaan dinyatakan aman.
Pewarta: Ade P Marboen
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017