Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia dan India berharap Palestina dapat segera menyelesaikan konflik internalnya untuk mewujudkan pemerintahan Palestina, yang lebih stabil. Pernyataan tersebut dikemukakan Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda dan Menteri Luar Negeri India Pranab Mukherjee di Jakarta, Senin dalam temu pers bersama. "Pemerintah Indonesia sangat prihatin dengan perkembangan terakhir di Palestina, terutama konflik antara kelompok Hamas dan Fatah," kata menteri luar negeri Indonesia. Menurut Hassan, konflik makin sengit beberapa waktu terakhir tidak hanya memperparah kerusakan materi, namun juga memperbanyak jumlah korban jiwa. Konflik itu, tambahnya, juga merugikan bangsa Palestina dan cita-cita pembentukan negara Palestina. Saat ditanya mengenai pembentukan kabinet baru oleh Presiden Palestina Mahmud Abbas, Hassan mengatakan bahwa Indonesia mengikuti perkembangan di Palestina dari dekat. Hassan menjelaskan bahwa kabinet baru itu masih memerlukan persetujuan dari parlemen. Sementara itu, Menteri Luar Negeri India mengatakan bahwa pemerintah India mendukung resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang menyeru Israel dan Palestina menentukan batas wilayah masing-masing dan hidup berdampingan dengan damai. Mukherjee berharap pihak di Palestina dapat segera menyelesaikan konflik internal mereka. Presiden Abbas, yang didukung Barat, Minggu melantik kabinet darurat dipimpin pakar ekonomi disegani, Salam Fayyad, yang diangkat setelah Hamas menguasai Gaza dalam pertempuran berdarah, tapi Hamas mencap pemerintah baru itu tidak sah. Para menteri baru mengucapkan sumpah di hadapan Abbas di kompleks kepresidenan di Ramallah, wilayah Tepi Barat, yang diduduki Israel. Fayyad (55 tahun), mantan karyawan Dana Moneter Internasional dan Bank Dunia, disegani di Barat atas usahanya memberantas korupsi dan meningkatkan tranparansi dalam keuangan Palestina yang suram. Ia memegang portofolio keuangan dan luar negeri di kabinet baru itu. Kabinet baru tersebut berisi 10 menteri lain selain Fayyad. Abbas mengangkat Fayyad setelah anggota gerakan Hamas menyerbu dinas keamanan setia pada presiden itu di Jalur Gaza.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007