Kepala ASN Pierre-Franck Chevet mengatakan kepada senat Prancis bahwa setelah ditemukan awan cemaran radioaktif dari Rusia pada Oktober, tingkat radioaktif rutenium 106 di udara tidak menimbulkan ancaman keselamatan bagi warga Prancis, namun kendali terhadap impor makanan diperketat.
"Keterangan terkini, yang saya miliki, adalah bahwa tampaknya, jejak sesium ditemukan pada jamur berasal dari Rusia," kata Chevet kepada sidang Senat mengenai keamanan nuklir.
Petugas di lembaga perlindungan konsumen Prancis DGCCRF belum memberikan tanggapan dan ASN belum menanggapi permintaan untuk memberikan rincian.
Dalam beberapa pekan belakangan, Prancis mengimpor jamur "chanterelle" dari Rusia, yang lazim dijual di pasar swalayan di Paris.
Chevet mengatakan jejak sesium tampaknya tidak sesuai dengan perhitungan oleh lembaga keselamatan nuklir IRSN, yang pada 9 November mengatakan bahwa mereka mendeteksi jumlah rutenium 106 yang tidak biasa di atmosfer.
"Ada kontradiksi antara apa yang telah diukur dan apa yang telah dihitung oleh IRSN. Usaha ini akan terus berlanjut," kata Chevet.
Ilmuwan mengatakan bahwa kehadiran rutenium tanpa unsur radioaktif lain akan mengindikasikan bahwa kemungkinan terdapat tumpahan rutenium ketimbang kecelakaan nuklir yang lebih besar.
Layanan cuaca negara Rusia Roshydromet mengatakan pekan lalu bahwa pihaknya telah menemukan "polusi yang sangat tinggi" dari rutenium 106 pada hampir 1.000 kali dari kadar normal di dekat pabrik pemrosesan ulang bahan bakar nuklir Mayak di Rusia selatan, yang dimiliki oleh perusahaan nuklir milik negara Rusia, Rosatom.
Mayak membantah bahwa pabriknya adalah sumber peningkatan rutenium 106. Rosatom mengatakan bahwa tidak ada kecelakaan pada sarananya, yang dapat meningkatkan kadar rutenium 106 di atmosfer. Demikian laporan Reuters.
(Uu.KR-DVI//B002)
Pewarta: antara
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017